Infrastruktur merupakan salah satu program unggulan pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla. Karena itu, sejak awal memerintah, Presiden Joko Widodo terus menggenjot pembangunan di bidang infrastruktur, termasuk jalan, pelabuhan, dan bandar udara.
Atas dasar itu, pemerintah Indonesia membuka kesempatan luas bagi investor asing untuk berpartisipasi dalam membangun infrastruktur di tanah air. Inilah menjadi landasan bagi terwujudnya Forum Infrastruktur India-Indonesia pertama yang dilangsungkan di Jakarta, Senin (19/3).
Acara ini dihadiri oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, dan Duta Besar India untuk Indonesia Pradeep K. Rawat.
Sejumlah CEO dari perusahaan India yang bergerak di bidang infrastruktur, termasuk yang berfokus pada bandar udara, pelabuhan, dan tenaga listrik, juga hadir. Dari Indonesia, hadir perwakilan dari lebih 80 perusahaan infrastruktur Indonesia yang bergerak di sektor infrastruktur, termasuk Pertamina, Angkasa Pura, Pelindo, dan Jasa Marga hadir.
Dalam sambutannya, Duta Besar India untuk Indonesia Pradeep K. Rawat menjelaskan India dalam dua dasawarsa mendatang menargetkan untuk menggelontorkan dana investasi di sektor infrastruktur sebesar $ 4,5 triliun.
"Hal ini memberikan banyak peluang bagi perusahaan Indonesia untuk mencari kemitraan dengan perusahaan-perusahaan India. Indonesia juga mempunyai program pembangunan infrastruktur jangka panjang di mana dalam beberapa tahun terakhir telah dibangun banyak jalan. Indonesia membutuhkan hingga $ 500 juta buat investasi infrastruktur dalam lima tahun mendatang," kata Rawat.
Menurut Rawat, kedua negara bisa melakukan sinergi yang lebih besar dalam sektor industri dan infrastruktur. Beberapa sektor yang menarik India untuk berinvestasi di Indonesia antara lain pengelolaan bandara dan pelabuhan, pembangunan pembangkit listrik, pengelolaan sumber daya air, rumah sakit, industri 4.0, serta pengembangan IT untuk proyek infrastruktur dan pendidikan.
Rawat menambahkan pertimbangan para pengusaha India untuk berinvestasi di Indonesia bukan hanya faktor internal rate return (IRR) sebagai indikator tingkat efisiensi investasi, namun juga keuntungan investasi dalam jangka panjang. Oleh karena itu, lanjut dia, para pengusaha India membutuhkan kepastian hukum dan regulasi, serta lingkungan investasi yang memadai.
Pada kesempatan yang sama, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan menjelaskan kerja sama investasi kedua negara ini merupakan tindak lanjut dari kunjungan Presiden Joko Widodo ke India Januari lalu. Dia mengatakan pemerintah sudah menjelaskan bagaimana regulasi untuk berinvestasi di Indonesia kepada para pengusaha India.
Lebih lanjut Luhut mengungkapkan dengan potensi yang dimiliki Indonesia dan India, kedua negara sangat perlu membina hubungan strategis di sektor perdagangan dan investasi. Dia mengatakan India merupakan negara dengan pertumbuhan ekonomi terbesar ketiga di dunia setelah Cina dan Amerika Serikat. Sedangkan Indonesia dalam lima tahun belakangan mengalami pertumbuhan ekonomi rata-rata lima persen.
"Pemerintah Indonesia mempunyai komitmen kuat untuk mengakselerasi sekaligus melakukan berbagai upaya untuk terus meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Kami bukan hanya berbicara tapi kami melaksanakan sejumlah perubahan, termasuk reformasi di bidang perpajakan untuk meningkatkan tingkat kepercayaan investor asing terhadap negara ini," ujar Luhut.
Menurut Luhut, perkembangan investasi di Indonesia memiliki kecenderunagn positif. Dia menambahkan tahun lalu pertumbuhan investasi Indonesia nomor dua terbesar di Asia Tenggara setelah Singapura.
Luhut mengklaim pengusaha India sangat senang mendengar penjelasan pemerintah terkait regulasi dan menganggap peraturan di Indonesia sangat kompetitif untuk berinvestasi. Dia menambahkan pemerintah tengah merumuskan tax allowance dan tax holiday.
Luhut memastikan begitu para pengusaha India mendaftar untuk menanamkan modal di Indonesia, maka pengusaha bersangkutan sudah memenuhi syarat untuk mendapat insentif pajak, tergantung jumlah investasinya.
Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai total perdagangan bilateral kedua negara pada 2016 mencapai $12,9 miliar. Neraca perdagangan Indonesia-India pada 2016, surplus bagi Indonesia sebesar $7,2 miliar.
Ekspor Indonesia ke India pada periode Januari-Juni 2017 tercatat sebesar $ 6,9 miliar atau naik 51,22 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai US$ 4,5 miliar. Komoditas ekspor andalan Indonesia ke India antara lain adalah minyak kelapa sawit serta turunannya, batubara, bijih tembaga, dan karet alam.
Pada Januari-September 2016, investasi India ke Indonesia berada pada posisi ke-25 dengan nilai realisasi mencapai $ 37,76 juta pada 335 proyek. Jumlah ini mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan periode yang sama pada 2015 dengan realisasi investasi mencapai $ 33,2 juta pada 145 proyek.
Your browser doesn’t support HTML5