Menteri Luar Negeri Indonesia Retno LP Marsudi hari Kamis (7/1) mengatakan Indonesia telah menawarkan diri untuk ikut membantu upaya penyelesaian secara damai konflik Arab Saudi dan Iran yang semakin memanas. Indonesia, tambah Retno, juga telah meminta kedua negara untuk saling menahan diri sehingga situasi tidak memburuk dan menimbulkan dampak pada perdamaian dan stabilitas di Timur Tengah.
Dalam pernyataan pers tahunan Kementerian Luar Negeri di Jakarta, Retno Marsudi mengatakan Indonesia punya hubungan baik dengan kedua negara dan Indonesia berada posisi yang baik untuk mengusulkan perdamaian karena selama ini dinilai berhasil menjadi penggerak utama dalam menyebarkan nilai-nilai Islam yang penuh rahmat dan toleransi bagi semua kalangan.
Meskipun demikian Retno Marsudi mengakui tawarannya belum mendapat sambutan.
“Semuanya belum ada keputusan karena situasinya masih sangat belum stabil. Oleh karena itu yang penting adalah komunikasi antara Indonesia dengan negara-negara yang saya sebutkan tadi. Dan saya juga akan menteri luar negeri dari negara lain,” kata Retno.
Your browser doesn’t support HTML5
Guna menemukan solusi yang tepat untuk menyelesaikan konflik Arab Saudi dan Iran ini, selain berkomunikasi dengan menteri luar negeri kedua negara itu, Indonesia, tambah Retno, juga sudah berkomunikasi dengan beberapa menteri luar negeri lain, diantaranya Malaysia, Uni Emirat Arab, Qatar, Turki, Rusia dan Sekjen OKI (Organisasi Konferensi Islam).
Hubungan Arab Saudi dan Iran memanas setelah pemerintah Arab Saudi mengeksekusi mati 47 orang, termasuk di antaranya ulama Syiah terkemuka Syeikh Muhammad Nimr Bagir al Nimr, yang dikenal sangat vokal memperjuangkan keadilan bagi seluruh rakyat Arab Saudi dan kerap mengecam keluarga kerajaan Arab Saudi yang berkuasa.
Pasca eksekusi mati terhadap ulama Syiah itu, Kedutaan Arab Saudi di Teheran langsung dibakar oleh pengunjuk rasa sebagai bentuk protes. Atas kejadian itu Arab Saudi memutuskan hubungan diplomatik dengan Iran termasuk soal perdagangan dan jalur penerbangan. Rabu malam (6/1) Arab Saudi juga menghancurkan Kedutaan Besar Iran di Yaman lewat serangan udara. Iran membalas tindakan itu Kamis pagi (7/1) dengan melarang semua impor dari Arab Saudi.
Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi mengatakan pemerintah bertindak cepat dengan memanggil seluruh pemimpin agama dan ulama agar konflik Arab Saudi dan Iran pengaruhnya tidak sampai ke Indonesia. Terlebih setelah beredar banyak pesan di media sosial yang berisi ungkapan kebencian antara kelompok aliran Sunni dan Syiah. Pemerintah juga memantau ketat perkembangan ini.
"Kita pantau dan kita waspada. Pendekatan yang dilakukan Indonesia dalam isu ini sangat komprehensif, dengan melibatkan para ulama, organisasi-organisasi Islam masyarakat. Dari jumlah orang-orang Indonesia yang ikut jihadis asing dibanding dengan penduduk Indonesia, jumlahnya sangat-sangat kecil. Apa yang menyebabkan jumlah ini sangat kecil dibanding dengan beberapa negara, antara lain karena Indonesia adalah negara demokrasi," tambahnya.
Sekretaris Eksekutif Setara Institute Benny Susetyo mengatakan pemerintah harus memberikan perlindungan yang maksimal kepada semua kelompok termasuk kepada kelompok Syiah di Indonesia.
"Tujuan hidup bernegara adalah melindungi segenap warga negara.Ketika negara tidak melindungi warga negaranya itu mengingkari konstitusi," kata Benny.
Dalam perkembangan lainnya Presiden Joko Widodo mengatakan Indonesia akan tetap bersikap netral dan mencari cara guna mengupayakan perdamaian antara kedua negara. [fw/em]