Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan Indonesia akan terus mendorong moderasi beragama di Afghanistan.
Tiga ulama Indonesia, kata Retno, telah menghadiri dialog trilateral ulama Indonesia-Qatar-Afghanistan yang berlangsung pada 14 Juni di Ibu Kota Doha, Qatar. Agenda ini bertema "Membangun Kembali Afghanistan Melalui Pendidikan dan Nilai-nilai Islam."
Pertemuan itu dihadiri pula oleh lima ulama Qatar dan sebelas ulama Afghanistan. Indonesia diwakili oleh ulama dari Nahdhatul Ulama, Muhammadiyah dan Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Amany Lubis.
Dalam dialog ulama tiga negara itu, ulama asal Indonesia mengangkat beberapa isu, termasuk pendidikan Islam dalam menopang ketahanan nasional, perempuan dan pendidikan dalam perspektif Islam, manifestasi nilai-nilai Islam dalam memajukan perdamaian dan kehidupan masyarakat yang lebih harmonis.
"Selain dialog trilateral ulama Indonesia-Qatar-Afghanistan, saat ini ulama Indonesia juga sedang melakukan kunjungan ke Kabul, Afghanistan, bersama dengan ulama beberapa negara OKI (Organisasi Konferensi Islam). Selain Indonesia, beberapa negara yang juga mengirim ulama ke Afghanistan, antara lain Turki, Yordania, Pakistan, Niger, dan Sudan," kata Retno.
Khusus mengenai hak-hak perempuan, lanjut Retno, Indonesia secara konsisten terus menyuarakan pentingnya penghormatan terhadap hak-hak perempuan, termasuk hak atas pendidikan. Untuk membantu sektor pendidikan bagi rakyat Afghanistan, Indonesia telah bekerja sama dengan Qatar lewat kesepakatan untuk memasok bantuan kemanusiaan bagi rakyat Afghanistan.
Indonesia juga menawarkan beasiswa pendidikan dan pengembangan kapasitas bagi rakyat Afghanistan, termasuk kaum perempuan.
Retno menegaskan komitmen Indonesia untuk membantu rakyat Afghanistan tidak pernah surut. Setelah Taliban berkuasa pada pertengahan Agustus tahun lalu, demi alasan kemanusiaan, Indonesia telah mengirim bantuan berupa bahan pangan dan nutrisi seberat 65 ton pada 9 Januari 2022.
Pentingnya Dialog Antarulama
Pengamat Timur Tengah dari Universitas Indonesia Yon Machmudi menekankan dialog antarulama itu merupakan bagian penting dalam proses transformasi di Afghanistan, terutama karena melibatkan pula ulama-ulama dari Indonesia. Sebab ulama di Tanah Air berpengalaman dalam menempatkan hubungan agama dengan negara dalam perspektif Indonesia.
"Diharapkan dengan pertukaran informasi dari ulama Indonesia, maka proses pembentukan negara, hukum, pemerintahan di Afghanistan, bisa melihat perspektif Indonesia yang melihat islam secara substantif. Sehingga nanti tidak menimbulkan berbagai macam kebijakan yang kontroversial atau diskriminatif," ujar Yon.
Yon mengklaim Indonesia sebagai negara muslim demokratis terbesar di dunia yang cocok untuk menjadi model pembelajaran bagi Afghanistan dalam hal menempatkan peran agama dalam bernegara.
BACA JUGA: Bachelet: Taliban Afghanistan Lucuti Hak-hak PerempuanSelain dialog antarulama, lanjutnya, Indonesia juga bisa berperan dalam memperkuat kelembagaan, sistem dan institutsi kenegaraan, di mana Afghanistan perlu mengembangkan kapasitas dan kualitas sumber daya manusia mereka untuk mengelola negara dan membangun Afghanistan.
Yon mengakui Afghanistan, termasuk Taliban, sudah menaruh kepercayaan kepada ulama Indonesia dan menganggap posisi mereka penting. Dengan kepercayaan inilah, ulama-ulama Indonesia bisa menyampaikan pandangan-pandangan yang berkaitan dengan pembangunan dan aspek-aspek yang dapat memuluskan proses transisi Afghanistan.
Dia menegaskan kalau ulama-ulama Afghanistan berpandangan seperti ulama Indonesia yang menyebarkan Islam rahmatan lil alamin (kebaikan bagi semesta alam -red), maka wajah Afghanistan ke depan akan lebih bersahabat terhadap kelompok atau pandangan-pandangan yang berbeda. [fw/ah]