Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dan Sekretaris Jenderal GCC (Dewan Kerjasama Teluk) Abdul Latif bin Rasyid al-Zayani pada Rabu (28/8) di kantor Kementerian Luar Negeri di Jakarta menandatangani sebuah nota kesepahaman mengenai Mekanisme Konsultasi antara pemerintah Indonesia dan Sekretariat GCC.
Penandatangan nota kesepahaman yang juga disaksikan oleh enam duta besar negara Arab Teluk tersebut menjadi salah satu agenda utama kunjungan kerja Sekretaris Jenderal GCC di Jakarta pada 27-30 Agustus 2019. Namun tidak ada jumpa pers sehabis acara itu.
GCC adalah organisasi regional beranggotakan enam negara Arab di kawasan Teluk Persia, yakni Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Qatar, Kuwait, Bahrain, dan Oman.
Menteri Retno menjelaskan nota kesepahaman yang baru ditandatangani itu merupakan kelanjutan dari surat minat (Letter of Intent) yang sudah diteken oleh Menteri Retno dan Abdul Latif al-Zayani pada September 2015. Dengan adanya nota kesepahaman itu, lanjutnya, Indonesia dan GCC berkomitmen menyelesaikan rencana aksi sebelum pergantian tahun.
Selain soal rencana aksi, dalam pertemuan dengan Al-Zayani, Menteri Retno mengusulkan adanya forum konsultasi tahunan antara Indonesia dan GCC. Tahun depan akan menjadi forum konsultasi pertama.
Konsultasi tahunan tingkat tinggi antara Indonesia dan Negara-negara Arab Teluk tersebut merupakan forum tahunan dialog strategis antara Indonesia dan Negara Teluk. Mekanisme ini sebagai implementasi komitmen serta untuk memperkokoh kemitraan Indonesia dan Negara-negara Arab Teluk yang disepakati tahun 2015.
Forum ini akan menjadi wadah konsultasi Indonesia dan negara Teluk untuk membahas secara regular berbagai perkembangan kerja sama ekonomi dan juga membahas perkembangan stabilitas dan keamanan di kawasan.
Menteri Retno dan Al-Zayani juga membahas masalah kerjasama ekonomi antara Indonesia dan GCC.
"Kita mengusulkan ada baiknya kita memiliki seperti FTA (kawasan perdagangan bebas) atau CEPA (Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif) antara Indonesia dengan enam negara GCC tersebut karena ini bagus sekali. Usulan untuk melakukan studi kelayakan sudah kita sampaikan kepada mereka dan secara prinsip merekamemberikan respon yang cukup baik, karena memang saat ini mereka sedang melakukan negosiasi dengan beberapa negara," kata Retno.
Menteri Retno juga menyampaikan kepada Al-Zayani, Indonesia tahun depan akan menjadi tuan rumah dalam pertemuan membahas produk halal. Indonesia meminta GCC terlibat dalam pertemuan itu dan ditanggapi secara positif oleh Al-Zayani.
Menteri Retno dan Al-Zayani juga mendiskusikan kerjasama antara Indonesia dan GCC dalam menyebarluaskan nilai-nilai moderasi, toleransi, memerangi terorisme dan radikalisme.
Pada kesempatan itu, Menteri Retno juga menyampaikan Indonesia dan GCC harus bekerjasama untuk membantu perjuangan bangsa Palestina.
"Beliau juga tadi menyampaikan mengenai masalah Palestina karena stabilitas, perdamaian di Timur Tengah tidak akan diperoleh kalau masalah Palestina tidak diselesaikan dengan baik," kata Retno
Al-Zayani memuji kiprah Indonesia dalam membantu penyelesaian masalah negara-negara muslim di berbagai forum, termasuk Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa dan G-20. Al-Zayani memandang Indonesia melaksanakan politik luar negerinya secara konsisten.
Kemitraan Indonesia dan Negara Teluk Terus Berkembang
Dalam dua tahun terakhir terjadi peningkatan perdagangan Indonesia dan enam negara Arab Teluk sebesar 40 persen, dari US$ 8,68 miliar pada 2016 menjadi US$ 12,15 miliar pada 2018. Di saat yang sama, total investasi enam negara Arab Teluk di Indonesia meningkat 26 persen, dari US$60,3 juta pada 2016 menjadi US$76,1 juta pada 2018.
Delegasi Sekretariat GCC juga dijadwalkan melakukan pertemuan dengan Badan Koordinasi Penanaman Modal dan Kementerian Perdagangan pada 29 Agustus 2019, untuk membahas sejumlah rencana aktivitas kerjasama untuk disepakati dalam sebuah rencana aksi bersama.
Kerjasama Indonesia dengan Negara-negara Teluk Dinilai Juga akan Tingkatkan Investasi
Pengamat Hubungan Internasional dari Universitas Padjajaran Bandung Teuku Rezasyah menilai usulan Indonesia ini untuk menjawab tantangan yang sudah dibuat sejak Konferensi Asia Afrika dan juga dalam berbagai persidangan GNB dan OKI di mana selalu mengharapkan adanya kerjasama ekonomi yang mendalam.
Your browser doesn’t support HTML5
Selain itu menurut Rezasyah hal ini juga sebagai langkah untuk meningkatkan investasi negara-negara teluk di Indonesia, yang sekarang ini tidak terlalu besar.
“Pasar Timur Tengah itu besar tetapi selama ini produk Indonesia masuk lewat tangan ketiga, langkah sekali terjadi langsung dari Indonesia ke Timur Tengah. Investasi Timur Tengaah yang lebih baik di Indonesia karena investasi Arab Saudi dan juga Kuwait di Indonesia levelnya kecil sekali, tidak masuk sepuluh besar” ujar Rezasyah. [fw/em]