Masih banyaknya warga Indonesia yang pergi ke luar negeri untuk mengakses layanan kesehatan yang memadai membuat pemerintah tergerak untuk mencari solusi untuk meningkatkan layanan kesehatan di Indonesia.
Pemerintah, melalui Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN), kini telah memastikan kesiapannya untuk membangun Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sanur, di Kota Denpasar, Provinsi Bali, sebagai KEK Kesehatan pertama di Indonesia.
KEK di bidang kesehatan ini diyakini akan menjawab kebutuhan masyarakat Indonesia terhadap layanan kesehatan terbaik. Pihak kementerian BUMN mencatat bahwa sekitar 2 juta warga Indonesia memutuskan untuk mengakses layanan kesehatan di negeri orang setiap tahunnya. Dari jumlah tersebut, biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan perawatan kesehatan di luar negeri pun tidak sedikit di mana nominalnya mencapai Rp100 triliun.
Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Pahala Mansury, mengatakan pemerintah menyiapkan KEK Kesehatan di Sanur, Bali, untuk mengembangkan perawatan medis terhadap sejumlah penyakit seperti kanker, jantung, dan layanan kesehatan seperti medical check-up, serta sejumlah layanan khusus lainnya. Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan juga sedang menyiapkan payung hukum atau regulasi untuk mendukung pembangunan kawasan itu.
“Kita berharap bahwa Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) ini bisa menjadi sebuah percontohan untuk bisa mengintegrasikan para dokter, khususnya dokter spesialis yang pada saat ini mungkin mereka para diaspora Indonesia yang berada di luar Indonesia, tapi mereka sebetulnya ingin sekali berpraktik di Indonesia,” ujar Pahala.
Selain pembangunan di bidang kesehatan, pertumbuhan ekonomi di Indonesia kata Pahala, akan dapat mencapai target bila pemerintah khususnya BUMN membangun sejumlah kluster baru untuk industri.
Your browser doesn’t support HTML5
Keberadaan kluster baru industri itu dapat terwujud dengan kepastian ketersediaan pasokan energi listrik yang stabil. Energi listrik dari geothermal kata Pahala, adalah salah satu sumber energi listrik yang memiliki stabilitas tinggi dibanding sumber energi yang lain.
“Saat ini kalau kita lihat di Indonesia yang merupakan salah satu strategi pemerintah, untuk bagaimana (perekonomian) Indonesia bisa tumbuh diatas 5,7 persen, adalah bagaimana kita membangun industri-industri kluster yang baru. Nah, untuk melistriki atau menyediakan listrik bagi industri-industri, tentunya membutuhkan listrik yang stabil. Jadi, memang sangat tepat sekali kalau kita misalnya strategi pengembangan industri di Indonesia untuk bisa membangun listrik yang berasal dari geothermal,” tambahnya.
Ketersediaan energi listrik melalui energi geothermal, menurut Direktur Utama PT. Pertamina Geothermal Energy (PGE), Ahmad Yuniarto, tidak hanya menguntungkan Indonesia dalam mendukung program dekarbonisasi, namun juga memberikan keuntungan secara ekonomi dari segi pendanaan internasional.
“Nilai lebih dari green energy, dan juga kontribusinya terhadap proses dekarbonisasi akan memberikan competitive advantage di dalam mendapatkan dukungan dari green financing kedepan,” kata Ahmad. [pr/rs]