Inggris Berduka, Namun Banyak Warga Gembira atas Kepergian Thatcher

Seorang pria mengamati bunga yang ditinggalkan warga di depan rumah mantan PM Inggris Margaret Thatcher. Sementara sebagian warga Inggris berduka, banyak juga yang gembira atas meninggalnya Thatcher.

Sementara sebagian orang Inggris berduka dengan kepergian mantan perdana menteri Margaret Thatcher, sebagian lain bersuka cita mengangkat gelas anggur dalam pesta-pesta pinggir jalan.
Lagu musik pengiring dalam film petualangan "The Wizard of Oz" yang berbunyi: "Ding Dong! The Witch is Dead" yang artinya: “Horeee, si Tukang Sihir sudah mati,” menjadi populer lagi dalam tangga-tangga lagu di Inggris.

Dalam gambar karikatur yang dimuat suratkabar “The Guardian,” Thatcher tampak sedang terjun ke dalam api neraka, sementara halaman muka harian “Socialist Worker” memampangkan kata "Rejoice," “Bergembiralah,” dan papan reklame sebuah bioskop berbunyi: "Tertawalah dengan kematian Margaret Thatcher."

Banyak komunitas memperlunak sikap mereka terhadap para pemimpin yang keras ketika mereka menua, terutama di AS, di mana bahkan presiden-presiden yang tidak populer dikenang hangat pada saat kematian mereka. Namun, kemarahan di Inggris tetap kuat seperti ketika Wanita Besi itu masih berkuasa.

Thatcher, terutama, adalah sosok pemecah-belah yang dipersalahkan oleh banyak kalangan, karena melumpuhkan serikat-serikat pekerja di Inggris dan merugikan hak-hak buruh. Tetapi, tanggapan dari berbagai kelompok warga Inggris, yang secara terang-terangan mengejek seorang pemimpin bangsa yang sempat memerintah lama, hanya beberapa jam setelah kematiannya, mencerminkan betapa rakyat mencemooh para politisi yang haus kekuasaan. Ini bertolak belakang dengan apa yang lazim berlangsung di AS.

Tidak ada orang yang bersuka-cita setelah kematian mantan presiden Richard Nixon pada tahun 1994, seorang tokoh kontroversial, yang merupakan satu-satunya presiden AS yang meletakkan jabatan, ujar Dr. Robert McGeehan, peneliti pada lembaga “Institute for the Study of Americas.”

"Ini menunjukkan perbedaan antara ke dua negara," tambah McGeehan, yang memegang dwi kewarganegaraan Inggris-Amerika, yang sempat bekerja dengan Thatcher di dunia akademik setelah Thatcher meninggalkan pemerintahan. "Tak ada pemandangan yang sedikitpun serupa seperti di Inggris, terjadi di AS, bilamana tokoh-tokoh kontroversial tutup usia. Terdapat perbedaan kelas di Inggris, yang tidak ada di Amerika, dan perbedaan kelas semacam ini menimbulkan kepahitan yang diwariskan dari satu generasi ke generasi selanjutnya," tandas McGeehan.

Juga ada perbedaan kunci antara kedua sistem politik, meskipun memiliki akar budaya yang sama. Di Inggris, perdana menteri bukan kepala negara, sebuah posisi yang dipegang oleh Ratu Elizabeth II, yang juga menjabat sebagai kepala Gereja Inggris; sementara presiden-presiden di AS mengemban dua peran, yaitu sebagai kepala negara dan panglima angkatan bersenjata (Gregory Katz/AP).