Para pemimpin politik Inggris melakukan persiapan terakhir menjelang pemilihan umum pada Kamis (12/12), yang didominasi oleh masalah keluarnya Inggris dari Uni Eropa.
Sebuah laporan baru dari kelompok analis, The UK in a Changing Europe di Kings College London, menyimpulkan bahwa baik partai Konservatif yang berkuasa maupun partai oposisi partai Buruh tidak jelas atau menyesatkan publik terkait Brexit. Kelompok itu juga memperingatkan kesulitan masa depan hubungan Inggris dengan Uni Eropa yang mungkin akan bertambah buruk.
Pihak Konservatif berencana meninggalkan Uni Eropa pada 31 Januari 2020 berdasarkan Perjanjian Penarikan yang dirundingkan dengan Brussels, jika mereka menang mayoritas pada 12 Desember. Pemimpin partai konservatif, Boris Johnson, saat melakukan kunjungan ke pasar ikan di pelabuhan Grimsby pada Senin (9/12), berjanji untuk meningkatkan industri perikanan setelah Brexit.
"Saya kira ini adalah kesempatan untuk melihat salah satu cara di mana negara ini akan mengambil alih kendali atas industri yang besar begitu kita menyelesaikan Brexit pada Januari," kata Johnson.
Jauh dari industri yang sangat besar, penangkapan ikan komersial hanya mencapai 0,1 persen dari ekonomi Inggris tetapi kendali atas hak penangkapan ikan memiliki nilai simbolis bagi banyak pemilih pro-Brexit, yang ingin mencegah kapal-kapal Eropa mengakses perairan Inggris. Namun, tiga perempat ikan yang ditangkap Inggris sebagian besar diekspor ke Uni Eropa dan hambatan perdagangan apa pun bisa merusak industri ini.
Tema penting pemilu Partai Konservatif adalah menyelesaikan Brexit. Tetapi Inggris belum merundingkan hubungan masa depannya dengan Uni Eropa dan itu kemungkinan akan memakan waktu bertahun-tahun. Dampak Brexit seperti itu umumnya diabaikan, kata Jill Rutter dari program The UK in a Changing Europe.[my/ah]