Inggris Buka Kembali Kedutaan Besar di Teheran Akhir Pekan Ini

Polisi berdiri di luar Kedutaan Besar Iran di Kensington, London pusat, 2 Desember 2011.

Inggris akan membuka kembali kedutaan besarnya di Iran akhir pekan ini setelah hampir empat tahun para demonstran merusak kediaman dubes dan membakar bendera Inggris.

Langkah tersebut menandai mencairnya hubungan Inggris dengan Iran sejak tercapainya kesepakatan nuklir dengan Amerika Serikat, China, Rusia, Jerman, Perancis dan Inggris.

"Menteri Luar Negeri (Philip Hammond) akan berkunjung ke Iran untuk membuka kembali kedubes kami di sana," kata seorang sumber dari korps diplomatik Inggris kepada Reuters pada hari Kamis (20/8).

Setelah lebih dari satu dekade mengecam Republik Islam Iran sebagai kekuatan jahat yang berusaha menabur kekacauan di Timur Tengah, Inggris berusaha memperbaiki hungan dengan Iran, yang cadangan gas alamnya lebih besar daripada Rusia.

Hammond akan berkunjung ke Iran akhir pekan ini untuk pembukaan resmi kedutaan besar tersebut pada hari Minggu. Ia akan membawa satu kelompok kecil pemimpin bisnis, termasuk perwakilan dari Royal Dutch Shell dan perusahaan-perusahaan lain, bersamanya, menurut sumber tersebut.

Menteri Luar Negeri Inggris tersebut akan bertemu dengan Presiden Iran Hassan Rouhani, Ali Akbar Velayati, yang juga seorang penasihat senior Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei, dan dengan Menteri Luar Negeri Mohammad Javad Zarif.

Bersama delegasi bisnis, Hammond akan bertemu dengan menteri-menteri industri dan bisnis, serta minyak dan transportasi Iran.

Kedutaan besar dirusak

Hingga duta besar baru diumumkan, kedutaan besar tersebut akan dipimpin oleh Ajay Sharma, yang hingga kini merupakan pejabat ad interim yang tidak menetap di negara Iran.

Demonstran Iran menyerbu dua kompleks diplomatik Inggris di Teheran pada bulan November 2011, menghancurkan jendela, membakar sebuah mobil dan bendera Inggris dalam sebuah protes menentang sanksi yang diterapkan terhadap Iran oleh Inggris.

Protes reguler berlangsung di luar kedutaan besar Inggris selama bertahun-tahun sejak revolusi Islam pada tahun 1979 yang menumbangkan syah yang didukung oleh AS, namun tidak sekeras penyerbuan pada tahun 2011.

Perdana Menteri David Cameron menyebut serangan-serangan tersebut sebagai "keterlaluan dan tidak bisa dibenarkan" pada saat itu dan memarahi pemerintah Iran karena gagal melindungi staf Inggris dan gedungnya.

Para demonstran menghancurkan singa dan unicorn batu di pagar kediaman duta besar Inggris, di mana pada tahun 1943 berlangsung makan malam antara Winston Churchill, Joseph Stalin dan Franklin D. Roosevelt, pertemuan pertama antara para pemimpin Inggris, Rusia dan Amerika Serikat, untuk mendiskusikan strategi mereka memenangkan Perang Dunia II.

Para demonstran menjarah kedutaan besar tersebut dan menghancurkan beberapa benda berharga. Sebuah potret Ratu Victoria terbelah dua, kepala Edward VII terpotong dari potretnya dan sebuah foto Ratu Queen Elizabeth dicuri.

Inggris merespon kekerasan tersebut dengan menutup kedutaan besar Iran di London dan mengusir para diplomat Iran.