Inggris dan AS Tuduh Rusia Lakukan Spionase terhadap Sejumlah Politisi

Foto ilustrasi yang menunjukkan sejumlah figur dengan komputer dan laptop di depan kata "Cyber Attack (Serangan Siber)" dan bendera Rusia. Foto diambil pada 15 Februari 2022. (Foto: Reuters/Dado Ruvic)

Pemerintah Inggris dan Amerika Serikat, pada Kamis (7/12), menuduh dinas keamanan Rusia terlibat dalam kampanye spionase dunia maya yang berkelanjutan, terhadap politisi, jurnalis, dan LSM terkemuka.

Rusia telah dicurigai ikut campur dalam politik Inggris sebelumnya, termasuk dalam referendum Brexit yang memecah belah pada 2016, namun pemerintah Konservatif telah dikritik karena gagal menyelidikinya.

Dalam klaim terbarunya, Kementerian Luar Negeri Inggris mengatakan Dinas Keamanan Federal Rusia (FSB) berada di balik “upaya yang gagal untuk ikut campur dalam proses politik Inggris” dan mengatakan pihaknya telah memanggil duta besar Rusia untuk London terkait masalah tersebut.

Sementara itu, jaksa AS membuka dakwaan terhadap dua warga negara Rusia atas peretasan jaringan komputer di Inggris, Amerika Serikat, dan negara-negara NATO lainnya. Kedua orang tersebut kini menghadapi sanksi di kedua negara.

BACA JUGA: Rusia Perpanjang Masa Penahanan Wartawan AS Gershkovich

“Upaya Rusia untuk ikut campur dalam politik Inggris sama sekali tidak dapat diterima, dan [mereka] berupaya mengancam proses demokrasi kita,” kata Menteri Luar Negeri Inggris David Cameron dalam sebuah pernyataan.

“Dengan memberikan sanksi kepada mereka yang bertanggung jawab dan memanggil duta besar Rusia hari ini, kami mengungkap upaya jahat mereka dalam mempengaruhi dan menyoroti contoh lain bagaimana Rusia memilih untuk bertindak di panggung global,” katanya.

Kantor Cameron mengatakan Center 18, sebuah unit di dalam FSB, bertanggung jawab atas “berbagai operasi spionase dunia maya” yang menargetkan Inggris.

Salah satu dari dua pria yang didakwa di Amerika Serikat adalah seorang perwira di unit tersebut.

Pemerintah Inggris mengklaim FSB menargetkan anggota parlemen dari berbagai partai politik, dengan beberapa serangan yang mengakibatkan dokumen bocor dalam operasi yang berlangsung setidaknya dari tahun 2015 hingga 2023.

Organisasi tersebut juga telah meretas dokumen perdagangan Inggris-AS yang bocor menjelang pemilihan umum Inggris pada bulan Desember 2019, tambahnya.

Kedua pria yang didakwa di Amerika Serikat, Ruslan Aleksandrovich Peretyatko dan Andrey Stanislavovich Korinets, tidak berada dalam tahanan AS. Kedua dakwaan terhadap mereka masing-masing memiliki hukuman maksimal lima dan 20 tahun penjara.

Kementerian luar negeri mengatakan Peretyatko dan Korinets telah dikenakan sanksi atas keterlibatan mereka dalam persiapan apa yang disebut sebagai kampanye spear-phishing dan “aktivitas yang bertujuan untuk melemahkan Inggris.”

Spear-phishing melibatkan pengiriman tautan jahat ke target tertentu “untuk mencoba membujuk mereka agar membagikan informasi sensitif.”

BACA JUGA: Polandia Dakwa 16 Orang Asing sebagai Mata-mata Rusia

Penyerang sering melakukan “aktivitas pengintaian di sekitar target mereka” untuk membuat upayanya lebih efektif, menurut Pusat Keamanan Siber Nasional Inggris.

Kedua pria tersebut dituduh menargetkan pejabat dan mantan pejabat AS di Pentagon, Departemen Luar Negeri, fasilitas Departemen Energi, dan komunitas intelijen setidaknya dari tahun 2016 hingga 2022.

“Keduanya saat ini dicari oleh FBI dan diyakini berada di Rusia,” kata seorang pejabat senior FBI kepada wartawan yang tidak ingin disebutkan namanya.

Departemen Luar Negeri AS menawarkan hadiah hingga US$10 juta untuk informasi yang mengarah pada lokasi dan penangkapan mereka. [ns/rs]