Pemerintah Inggris, Jumat (18/3) menyebut klaim Presiden Donald Trump, bahwa badan mata-matanya terlibat dalam penyadapan telepon Trump Tower sebagai “menggelikan” dan mengatakan telah mendapat jaminan dari Gedung Putih bahwa klaim itu tidak akan diulangi lagi.
Juru bicara perdana menteri Inggris Theresa May menyebut komentar yang dikeluarkan, Kamis (17/3) oleh juru bicara Gedung Putih Sean Spicer “sangat menggelikan” dan mengatakan, tidak mungkin Inggris memata-matai warga Amerika, karena kedua negara punya perjanjian untuk mencegah hal itu.
“Kami telah menjelaskan hal ini kepada pemerintah Amerika dan mendapat jaminan bahwa tuduhan-tuduhan seperti ini tidak akan diulangi lagi,” kata juru bicara tersebut.
Gedung Putih kemudian merilis sebuah pernyataan yang mengatakan Duta Besar Inggris Kim Daroch dan diplomat Sir Mark Lyall telah menyatakan keprihatinan Inggris itu kepada juru bicara Gedung Putih Spicer dan Penasihat Keamanan Nasional Amerika, Lt.Jenderal McMaster. Dalam pernyataan itu, kedua pejabat Amerika tersebut menjelaskan bahwa Spicer “hanya merujuk pada laporan-laporan media, dan tidak mendukung laporan mana pun.”
Hari Kamis (16/3), Spicer mengutip laporan stasiun televisi Fox News untuk mendukung klaim bahwa dinas mata-mata Inggris, Government Communications Headquarters (GCHQ) terlibat dalam penyadapan telpon di Trump Tower di New York.
Wartawan Fox News, Andrew Napolitano mengklaim bahwa “tiga sumber-sumber intelijen telah memberitahu Fox News, bahwa Presiden Obama tidak menggunakan jajaran Dinas intelijen Amerika untuk memerintahkan dilakukannya penyadapan itu, dan bahwa GCHQ terlibat.”
Juru bicara GCHQ membantah klaim Fox News itu dan mengatakan “tuduhan-tuduhan yang dibuat oleh komentator media Andrew Napolitano bahwa GCHQ diminta untuk menyadap telpon presiden terpilih itu adalah “omong kosong.” [ii]