Uji coba klinis sedang dilakukan di Inggris untuk tes napas yang dapat mendiagnosis berbagai jenis kanker termasuk usus, pankreas, dan kerongkongan pada tahap awal. Dokter yang mengembangkan teknologi tersebut mengatakan uji coba sebelumnya telah menunjukkan akurasi 90 persen, sekarang mereka ingin melihat apakah penyakit ini dapat terdeteksi lebih awal, sewaktu pasien memiliki peluang pengobatan yang lebih baik.
Tujuan para dokter di mana pun adalah mendeteksi keberadaan penyakit pada tahap paling awal sebelum sempat membahayakan pasien secara serius.
Selama beberapa tahun tim dokter dan ilmuwan multidisiplin di Imperial College London telah menguji breathalyser sebagai cara untuk mendeteksi beberapa jenis kanker. Tes ini bisa membuat pengujian kanker gastrointestinal jauh lebih mudah.
Para peneliti mendemonstrasikan bagaimana tes napas itu dapat dengan mudah digunakan dalam operasi, oleh dokter atau perawat. Rahasianya ada di tabung logam tempat napas pasien dikumpulkan dari kantong. Bahan yang melapisi bagian dalam tabung itu bisa menangkap uap dan gas yang kemudian bisa dianalisis lebih jauh.
Profesor George Hanna adalah kepala Kanker dan Bedah di Imperial College.
Menurut Hanna, tumor yang berbeda mengeluarkan gas yang berbeda sehingga dapat diidentifikasi pada napas seseorang.
“Jadi tumor dan lingkungan di sekitar tumor menghasilkan metabolit. Beberapa dari metabolit tersebut dapat dideteksi dalam fase gas, dan kami menyebutnya senyawa volatil. Jadi senyawa volatil itu berasal dari tumor lalu lingkungan dan masuk ke paru-paru lalu masuk ke dalam napas. Jadi mendeteksi senyawa tersebut memberikan indikasi jenis kanker dan apakah pasien menderita kanker atau tidak,” kata Hanna.
Para ilmuwan mengatakan tes napas memiliki akurasi lebih dari 90%. Tetapi mendeteksi potensi kanker sebelum pasien mengembangkan gejala yang khas adalah tujuan para dokter. Tim ilmuwan Imperial College ingin bisa menerapkan tes ini pada orang-orang yang tidak menunjukkan gejala kanker.
Your browser doesn’t support HTML5
“Orang-orang dengan kanker stadium awal memiliki gejala yang tidak spesifik. Pada tahap ini tes napas seharusnya dilakukan. Ketika saya mengatakan pasien memiliki gejala yang pasti, seperti tidak bisa makan, itu sudah terlambat. Jadi kami ingin memulai pada tahap yang cukup dini untuk memberikan pengobatan kuratif dan cukup awal sebelum ada gejala yang membahayakan,” imbuhnya.
Masalahnya, sebagian besar sistem kesehatan saat ini tidak memiliki kapasitas untuk menyediakan pengujian bagi semua orang yang membutuhkan. Hanna dan timnya sedang mengembangkan cara yang lebih cepat, lebih mudah, dan lebih murah bagi pasien untuk didiagnosis lewat tes napas.
Penelitian Imperial College sebagian didanai oleh Pancreatic Cancer UK. Jika berhasil tes napas bisa menyelamatkan ribuan nyawa di Inggris, kata badan amal tersebut. [ab/uh]