Inggris Mulai Kajian Terhadap Kelemahan Militernya

Perdana Menteri Inggris Keir Starmer bereaksi saat ia bertemu dengan Menteri Pertahanan Inggris John Healey (tidak terlihat) dan Anggota House of Lords George Robertson (tidak terlihat) di 10 Downing Street, di London, 16 Juli 2024. (BENJAMIN CREMEL/Pool via REUTERS)

Inggris, Selasa, (16/7) mengatakan akan meninjau kembali strategi militernya untuk memastikan bahwa mereka siap menghadapi apa yang disebut oleh para pejabat sebagai "kuartet maut" yang mencakup China, Iran, Korea Utara dan Rusia.

"Kita hidup di dunia yang lebih berbahaya dan tidak stabil," kata Perdana Menteri baru Keir Starmer dalam sebuah pernyataan. "Pemerintah saya akan membentuk pendekatan baru yang jelas terhadap pertahanan nasional kita, melengkapi kita untuk mengatasi ancaman internasional secara langsung sambil menjaga agar rakyat Inggris tetap aman dan terlindungi."

Mantan Sekretaris Jenderal NATO George Robertson memimpin peninjauan tersebut. Fiona Hill, mantan penasihat kepresidenan AS, dan Jenderal Richard Barrons, mantan direktur operasi angkatan bersenjata Inggris, turut membantu dalam upaya tersebut.

Pengumuman ini muncul seminggu setelah KTT NATO di mana para pemimpin menyoroti kekhawatiran tentang China, Iran, dan Rusia.

Starmer pada hari Selasa menegaskan kembali komitmennya untuk meningkatkan anggaran pertahanan Inggris menjadi 2,5 persen dari PDB, naik dari level saat ini sekitar 2,3 persen.

Sebuah laporan dari peninjauan ini dijadwalkan akan dirilis pada paruh pertama tahun depan.

"Angkatan bersenjata yang lemah, pemborosan pengadaan, dan moral yang terabaikan tidak dapat terus berlanjut," kata Menteri Pertahanan Inggris John Healey dalam sebuah pernyataan. "Sementara itu, kita harus memiliki pandangan yang jernih tentang ancaman yang kita hadapi, dengan dunia yang semakin tidak stabil dan teknologi yang mengubah sifat perang" ujarnya. [my/jm]