Lima puluh dokter internasional, sebagian besar adalah pengungsi, telah direkrut oleh Royal London Hospital untuk bekerja di unit perawatan intensifnya. Mereka direkrut berdasarkan skema Layanan Kesehatan Nasional Inggris (NHS) di tengah-tengah memuncaknya gelombang kedua pandemi COVID-19.
Mohammad Saoud mendapat pendidikan sebagai dokter di Suriah sebelum ia datang ke Inggris. Sekarang ini, berkat skema Layanan Kesehatan Nasional Inggris bernilai 20,83 juta dolar, ia menjadi pekerja pendukung medis (MSW) di Royal London Hospital. Proyek ini membantu sarjana kedokteran asing yang tinggal di Inggris untuk lulus ujian yang diperlukan agar terdaftar di Dewan Kesehatan Umum.
Sekarang ini diperkirakan ada lebih dari 1.000 pengungsi dalam skema itu di rumah sakit dan institusi lainnya di berbagai penjuru Inggris.
Saoud adalah satu dari 50 dokter internasional, sebagian besar pengungsi, yang telah direkrut oleh Royal London Hospital untuk bekerja di ICU atau unit perawatan intensifnya. Mereka dipekerjakan untuk membantu mengatasi pandemi pada puncak gelombang kedua pandemi COVID-19 di Inggris.
Saoud mengatakan,"Sungguh luar biasa bekerja di sini dan melihat banyak orang di sekitar Anda, yang Anda tahu, menderita.”
Peran MSW cocok bagi mereka yang memiliki kualifikasi medis tetapi tidak melakukan praktik klinis selama lebih dari setahun dan perlu bekerja di bawah pengawasan klinis.
Ahlam Mutahar Muthanna mendapatkan pendidikan dokternya di Yaman dan mulai bekerja di bidang kemanusiaan, membantu orang-orang yang terperangkap dalam perang dan konflik.
Your browser doesn’t support HTML5
Sekarang ini, seperti halnya Saoud, ia adalah MSW di Royal London Hospital. Ia menyatakan ini membantunya melanjutkan karier kedokterannya, setelah perang yang membuat ia khawatir kariernya akan berakhir.
Muthanna mengatakan, "Bagi saya, saya sampai bertanya-tanya, bahkan mengatakan ini kepada kolega saya, apakah ini akhir jalan saya sebagai dokter? Begitu selesai dan lulus dari fakultas kedokteran, semua ambisi kita, kita benar-benar tak dapat mencapai apa pun. Jadi, ini akhir atau awal perjalanan karier kita?.”
Pada puncak gelombang kedua wabah virus corona, unit spesialis COVID-19 di Royal London Hospital merawat 160 pasien pada satu waktu sekaligus dan unit ini merupakan ICU terbesar di Eropa.
Dr Heike Bojhar bertanggung jawab mengorganisasikan staf medis. Ia mengatakan skema semacam ini merupakan cara cepat dan efisien untuk mendapatkan lebih banyak lagi profesional medis.
Dr. Bojhar mengatakan, "Sejak memutuskan bahwa kita memerlukan dokter-dokter spesialis baru, minimum perlu waktu 10 tahun, kadang-kadang 15 tahun untuk benar-benar melatih mereka. Dari nilai moneternya, para dokter yang datang dalam keadaan telah terlatih ini, sangat murah.”
Ahli radiologi intervensi di Royal London Hospital, Dr Mohammed Rashid Akhtar, mengatakan, skema ini menghemat waktu dan uang NHS dalam melatih para dokter.
Dr. Akhtar mengemukakan, "Ada kekurangan lebih dari 1.000 ahli radiologi dan Mohammed telah mendapatkan pelatihan penuh di Suriah. Ia menghemat dana NHS dengan tidak perlu lagi melatihnya dan ia bermanfaat bagi pasien di sini karena kami memang kekurangan dokter.”
Dengan melakukan tugas-tugas seperti pemeriksaan kanker dan USG, para profesional medis ini membantu mengurangi antrean panjang perawatan yang disebabkan oleh pandemi sekaligus mengisi kekurangan besar jumlah staf di sana. [uh/ab]