Inggris Terima Inisiatif 'One Belt' China, AS Beri Peringatan

  • Henry Ridgwell

Presiden China Xi Jinping menerima PM Inggris Theresa May di Beijing (1/2).

Inggris telah memperjelas keinginannya untuk menjadi bagian dari apa yang disebut 'One Belt One Road Initiative' atau “Inisiatif Satu Jalur Satu Jalan” China, sebuah visi Presiden Xi Jinping untuk meningkatkan investasi dan pengaruh China di Asia, Eropa dan Afrika. Namun ada kekhawatiran mengenai keuangan dan biaya terutama dari segi kemanusiaan proyek prasarana raksasa itu.

Amerika telah mengeluarkan peringatan keras mengenai apa yang dilihatnya sebagai bahaya terkait dengan proyek investasi besar China.

Perdana Menteri Inggris, Theresa May memimpin sebuah delegasi para menteri dan pemimpin bisnis ke China minggu lalu, menandatangani kesepakatan perdagangan senilai $ 12,7 miliar, dan memuji ini sebagai ‘era keemasan’ dalam hubungan China-Inggris.

Dubes Inggris sebelumnya menguraikan harapan Inggris untuk bekerja sama dalam Initiatif ini di China.

"Yang pertama, kami ingin bekerjasama dalam proyek yang praktis. Bidang kedua dimana kami ingin bekerjasama dengan China adalah, berbagi beberapa pengalaman pembiayaan di kota kami di London. Karena proyek-proyek ini adalah proyek berskala besar, terutama untuk prasarana. Maka tentu memerlukan mekanisme pendanaan yang rumit," kata Duta Besar Barbara Woodward.

Malahan terlalu rumit, menurut sebagian orang. Membangun di atas rawa-rawa antara ibu kota Uganda dan bandaranya, jalan raya ekspres sepanjang 51 kilometer ini akan dibuka pada bulan Mei. Dibangun oleh China Communications Construction Company dan menelan biaya sebesar $ 580 juta yang diperoleh dari pinjaman Beijing. Walikota Kampala mengatakan biayanya terlalu tinggi.

Walikota Kampala, Erias Lukwago mengatakan, "Bahkan orang-orang China ini yang datang kesini, bahkan bank komersial yang kami pinjam, bank EXIM (Export-Import), bebannya akhirnya ada di pundak kami sebagai orang Uganda, anak-anak dan cucu-cucu kami harus menanggung beban ini, yang sangat, sangat disayangkan."

Amerika telah melangkah lebih jauh dalam mengecam kebijakan perdagangan dan luar negeri China.

Menteri Luar Negeri Amerika, Rex Tillerson memperingatkan menjelang lawatannya ke Amerika Latin hari Kamis.

"China, yang melakukan ini di pasar negara berkembang di seluruh dunia, menawarkan sebuah jalur pembangunan yang tampak menarik. Tetapi kenyataannya, ini sering mengakibatkan keuntungan perdagangan jangka pendek disertai ketergantungan jangka panjang," ujar Tillerson.

Banyak negara berkembang menyambut baik investasi China dan keterlibatan negara-negara seperti Inggris. Tetapi, ada keprihatinan atas menumpuknya utang yang bisa menyebabkan masalah besar di kemudian hari. [ps/jm]