Perpecahan politik partisan dengan cepat terjadi hari Minggu (5/2) terkait langkah Amerika menembak jatuh balon mata-mata China, di mana pemerintah Biden mempertahankan langkah yang dilakukan di lepas pantai Samudera Atlantik, sementara Partai Republik menilai balon itu sedianya ditembak jatuh lebih dari seminggu lalu sebelum terbang melintasi instalasi militer utama di seluruh Amerika.
Menteri Transportasi Pete Buttigieg dalam program “State of the Union” di stasiun televisi CNN mengatakan pengerahan balon oleh China itu merupakan “intrusi yang tidak dapat diterima terhadap kedaulatan Amerika.” Namun ditambahkannya, militer Amerika – atas perintah Presiden Joe Biden Rabu lalu (1/2) – telah menembak jatuh balon itu pada hari Sabtu (4/2) tanpa menimbulkan dampak pada properti atau orang, setelah mengkaji risiko yang ditimbulkan” jika melakukannya di daratan Amerika. “Ini dilakukan dengan cara-cara yang sangat efektif,” ujarnya.
BACA JUGA: AS Tembak Jatuh Balon Mata-mata ChinaPuing-puing serangan rudal pada balon, yang melayang di ketinggian lebih dari 18.000 meter itu mendarat sekitar 10 kilometer dari garis pantai negara bagian South Carolina di selatan Amerika. Buttigieg mengatakan puing-puing itu membentang lebih dari 11 kilometer.
Kapal Angkatan Laut Amerika mengumpulkan puing-puing itu dari laut, dan kemudian mengirimnya ke laboratorium Biro Penyidik Federal FBI di luar Washington DC untuk dilakukan analisa lebih lanjut.
Partai Republik Kecam Tindakan Lambat Pemerintah
Anggota-anggota parlemen dari Partai Republik mengecam Biden karena tidak menembak jatuh balon itu ketika pertama kali terlihat pada 28 Januari lalu di Kepulauan Aleutian, di barat laut negara bagian Alaska, dibandingkan membiarkannya melayang dari barat ke timur selama satu minggu di seluruh daratan Amerika, termasuk melintasi banyak pangkalan militer.
China mengatakan balon itu mengumpulkan data meteorologi dan didorong oleh arus angin hingga melintas ke Amerika. Namun Amerika menepis itu sebagai kedok untuk misi pengumpulan informasi intelijen. China belum mengatakan ke mana tujuan balon tersebut.
Para pejabat militer Amerika mengatakan informasi intelijen apapun yang mungkin dikirim balon itu kembali ke China tidak penting dan tidak berbeda dengan yang dikumpulkan China dan Amerika lewat satelit mata-mata masing-masing, yang diarahkan ke wilayah masing-masing.
Senator Partai Republik dari negara bagian Arkansas, Tom Cotton mengecam Biden dalam program “Fox News Sunday” di stasiun televisi Fox; dengan mengatakan misi balon itu adalah “pengingat tentang kemampuan China” dan bahwa hal itu “merupakan penghinaan yang memalukan” bagi Amerika.
Sementara Senator Marco Rubio dari negara bagian Florida mengatakan pada CNN, “ada pesan di balik ini” dari China. “Ini adalah kegagalan yang tidak saya mengerti. Mengapa membiarkannya terbang melintasi negara di atas pangkalan-pangkalan militer? Jika kita menerbangkan sesuatu di atas China, mereka akan menembak jatuh.”
Kemlu China: Penembakan Balon “Reaksi Berlebihan” AS
Kementerian Luar Negeri China dalam sebuah pernyataan mengatakan penembakan balon itu oleh Amerika adalah “reaksi berlebihan yang jelas dan pelanggaran serius terhadap praktik standar internasional,” dan mengulangi klaimnya bahwa balon itu digunakan untuk penelitian meteorologi.
Balon itu pertama kali memasuki zona identifikasi udara Amerika lebih dari satu minggu lalu, dan kemudian menyebrang ke wilayah udara Kanada.
BACA JUGA: China Protes Langkah AS Tembak Jatuh Balon Mata-mataDepartemen Pertahanan Amerika mengatakan balon itu masuk kembali ke wilayah udara Amerika pada 31 Januari. Balon itu tampak terbang melintasi Montana pada hari Kamis (2/2) di mana rudal nuklir Amerika berada. Amerika mengatakan telah mengambil langkah-langkah teknologi untuk mencegah balon itu mengumpulkan informasi apapun saat melintas.
Penemuan balon mata-mata itu datang pada saat yang sensitif bagi Tiongko
yang dijadwalkan tiba dan bertemu dengan Presiden Xi Jinping. Blinken membatalkan rencananya tersebut.
Babak Baru Ketegangan Hubungan AS-China
Mantan analis China di CIA, Dennis Wilder mengatakan pada VOA bahwa insiden itu terjadi di saat sensitif bagi pemimpin China. “Presiden Xi Jinping sedang melakukan apa yang saya sebut sebagai serangan pesona yang dimulai setelah dicabutnya kebijakan nol COVID, mengakhiri pembatasan lockdown COVID-19,” ujar Wilder seraya menambahkan “ia ingin memberitahu dunia bahwa China terbuka untuk bisnis. Ia sangat ingin melihat kembalinya para investor Amerika.”
Wilder mengatakan menurutnya insiden itu akan memicu babak baru ketegangan hubungan Amerika-China. “Jika Amerika dapat memperoleh informasi dari lautan yang menunjukkan bahwa ini memang misi mata-mata dan bukan misi meteorologi, dan menunjukkan bukti itu kepada China, maka kita akan mempermalukan China,” ujarnya. “Kita mungkin akan sangat mempermalukan Tentara Pembebasan Rakyat. Jadi saya pikir ini bakal sulit ditasi, terutama jika Amerika mengungkapkan informasi ini secara terbuka. Jadi bakal ada periode yang menegangkan kelak.”
Balon lain milik China juga terlihat terbang di atas Amerika Latin. [em/jm]