Insiden di Seoul: Warga Keluhkan Kelalaian Aparat

Warga memberikan penghormatan dan meletakkan karangan bunga di dekat lokasi perayaan Halloween yang menewaskan sedikitnya 156 orang, di Seoul, Korea Selatan, 1 November 2022.

Untuk meredam kemarahan publik atas insiden berdesak-desakan di Itaewon, Seoul, yang menewaskan sedikitnya 156 orang, pernyataan-pernyataan pemerintah Korea Selatan menunjukkan rasa penyesalan. Banyak pihak menilai pemerintah sedianya berbuat lebih banyak untuk mengendalikan massa. 

Ketika para biksu berdoa di sebuah tempat peringatan darurat di sekitar Itaewon, Seoul, Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol membungkuk dalam-dalam dan meletakkan bunga berwarna putih di trotoar. Pemerintahannya menunjukkan sikap penyesalan menghadapi kritik tajam warga Korea Selatan yang menuntut jawaban atas terjadinya tragedi terburuk di negara itu.

Berbicara dalam konferensi pers hari Selasa (2/11), Kepala Kepolisian Korea Selatan Yoon Hee-keun mengakui polisi menerima beberapa panggilan darurat menjelang terjadinya insiden itu tetapi tidak menanggapi dengan kekuatan penuh.

Yoon Hee-keun mengatakan ia merasa sanga menyesal. Ia menggarisbawahi bahwa kepolisian akan melakukan yang terbaik untuk mencegah terjadinya tragedi serupa di masa depan.

Kepala Kepolisian Korea Selatan Yoon Hee-keun membungkuk dan meminta maaf selama konferensi pers terkait kerumunan fatal saat perayaan Halloween, di Markas Kepolisian Metropolitan Seoul Selasa, 1 November 2022.

Banyak yang mempertanyakan mengapa polisi tidak melakukan lebih banyak hal untuk mengendalikan kerumunan massa sebelum terjadinya aksi saling dorong dan terinjak-injak itu.

Maeng Geun-yeong bekerja sebagai penjaga keamanan di luar sebuah bar di dekat lokasi Sabtu malam. Sejak sore ia merasa ada sesuatu yang tidak beres dengan banyaknya orang yang berkerumun di situ.

Maeng mengatakan polisi bahkan tidak datang ke lokasi ketika ada dua perempuan mengalami cedera di bagian kaki, beberapa jam sebelum insiden terjadi.

Maeng, yang berusia 24 tahun, mengatakan ia sangat khawatir melihat banyaknya kerumunan massa sehingga ia meminta teman-temannya untuk tinggal di rumah saja. Ia tidak melihat upaya polisi untuk mengendalikan kerumunan massa.

Polisi belum menetapkan apa yang memicu aksi saling dorong yang membuat ratusan orang terjebak di ujung gang sempit itu. Gang yang jaraknya pendek, sempit dan curam itu kini sudah diberi garis polisi.

BACA JUGA: Polisi Korsel Akui Bertanggung Jawab Atas Tragedi Berdesakan di Seoul

Profesor Kim Young-ook meletakkan sekuntum bunga di sebuah tempat peringatan di dekat gang itu. Ia mengkritisi langkah pemerintah.

Kim mengatakan ini bukan masalah adanya orang yang “terinjak-injak,” sebagaimana yang disebutkan banyak orang. Juga bukan karena gang itu pendek atau curam, atau karena acara perayaan Halloween ini merupakan acara pribadi tanpa pihak penyelenggara yang bisa dimintai pertanggungjawaban. Masalahnya, tegas Kim, pemerintah lalai.

Kim adalah pakar yang kerap mengkaji pergerakan orang di ruang perkotaan. Menurutnya, polisi seharusnya membuat barikade, garis polisi atau menempatkan piranti lain untuk mengatur arus massa. Ia bahkan menilai gang itu seharusnya ditutup.

Sementara ada sebagian orang yang menilai gang itu dibuat menjadi jalan satu arah. Mereka menilai seharusnya ada perencanaan menjelang perayaan Halloween akhir pekan lalu.

Ia mengatakan pemerintah dan polisi bertanggjawab atas keselamatan publik, terutama untuk setiap kecelakaan yang terjadi di tempat umum. Ini jelas jalan umum, ujarnya sambil menunjuk ke arah gang itu.

Your browser doesn’t support HTML5

Insiden di Seoul, Warga Kritisi Kelalaian Pemerintah

Tak lama setelah insiden itu, polisi membela pendekatan yang mereka lakukan. Menteri Urusan Keamanan dan Dalam Negeri, yang membawahi polisi, mengatakan insiden itu bukan masalah yang dapat diselesaikan dengan mengerahkan polisi dan petugas pemadam kebakaran.

Namun pebisnis di Itaewon, Kim Han-gu, mengatakan itu “tidak masuk akal.” Menurutnya polisi ketika itu gagal mengatur kerumunan massa.

Insiden ini dapat membahayakan posisi Presiden Yoon, yang tingkat popularitasnya sangat rendah. Meskipun demikian saat ini banyak pihak lebih memusatkan perhatian pada penanganan korban, bukan soal politik. [em/jm]