Insiden Penembakan di Gereja Houston Kembali Sorot Pendeta Terkenal Joel Osteen

  • Associated Press

Potongan gambar dari video yang dirilis saluran televisi KTRK-TV ABC13 menunjukkan Pendeta Joel Osteen berbicara kepada awak media menyusul insiden penembakan yang terjadi di Gereja Lakewood, di Houston, pada 11 Februari 2024. (Foto: KTRK-TV ABC13 via AP)

Insiden penembakan di sebuah gereja besar di Houston, Texas, milik televangelist dan pendeta terkenal Joel Osteen pada Minggu (11/2) siang, mendorong publik kembali menyoroti performa Osteen.

Tersangka pelaku yang diidentifikasi sebagai Genesse Ivonne Moreno, yang berusia 36 tahun, memasuki Gereja Lakewood, dengan mengenakan jas hujan dan ransel, bersama putranya yang baru berusia tujuh tahun.

Kepala Kepolisian Houston, Troy Finner, dalam konferensi pers pada Minggu sore mengatakan perempuan itu membawa senjata laras panjang dan langsung melepaskan tembakan ke arah jemaat. Petugas penegak hukum yang ada di lokasi membalas tembakan tersangka pelaku, yang juga mengenai putranya yang kini berada dalam kondisi kritis. Moreno tewas dalam baku tembak dengan petugas keamanan di gereja itu. Sementara seorang laki-laki yang mengalami luka tembak di pinggul kini telah diizinkan pulang dari rumah sakit.

Popularitas Joel Osteen

Joel Osteen, pendeta yang memimpin gereja tersebut adalah salah satu wajah yang paling dikenal di dunia religi Amerika Serikat. Tokoh berusia 60 tahun itu secara rutin berkhotbah kepada sekitar 45.000 orang setiap minggunya di bekas arena basket. Dia dikenal jutaan orang lainnya melalui khotbah-khotbahnya di televisi.

BACA JUGA: Jika Terpilih, Trump Bertekad Anulir Kebijakan Biden soal Pembatasan Senjata

"Kami akan tetap kuat. Kami akan terus melangkah maju. Dan memang ada kekuatan-kekuatan jahat. Namun kekuatan yang ada pada kita, kekuatan Tuhan, lebih kuat dari itu. Jadi kami akan terus melangkah maju dan hanya, Anda tahu, melakukan apa yang Tuhan telah panggil untuk kami lakukan, mengangkat orang-orang dan memberikan harapan kepada dunia," ujar Osteen dalam konferensi pers pada hari Minggu merespons insiden penembakan tersebut.

Dijuluki sebagai pengkhotbah yang murah senyum, gayanya dikenal santai dan jauh dari berapi-api. Osteen pada tahun 2004 mengatakan kepada The Associated Press bahwa pesan harapan dan semangatnya "beresonansi dengan orang-orang."

Direktur Program Agama dan Kebijakan Publik di Rice University, William Martin mengatakan Osteen "berhasil mendorong orang untuk memiliki sikap yang sangat positif.”

Beberapa dekade sebelum penembakan pada hari Minggu itu, Osteen mengatakan ia tidak pernah bermimpi menjadi seorang pengkhotbah dan tidak pernah membayangkan memimpin jemaat yang begitu besar.

Ayahnya, John Osteen, mendirikan Gereja Kristen Lakewood yang karismatik di sebuah toko pakan ternak yang terbengkalai pada tahun 1959. Ketika gereja ayahnya berkembang, pada tahun 1982 Osteen meninggalkan studinya di Oral Roberts University di Tulsa, Oklahoma, dan bergabung dengan staf ayahnya sebagai produser televisi. Ketika ayahnya dirawat di rumah sakit, Osteen dengan enggan naik ke mimbar.

"Sejak awal dia memiliki sikap yang sangat menarik. Dia tidak berteriak-teriak. Dia berbicara kepada orang-orang. Dia biasanya memulai khotbahnya dengan mengatakan baiklah, saya punya sedikit lelucon di sini. Saya suka memulai dengan sesuatu yang lucu, begitu katanya,” kata Martin.

Lima tahun setelah kematian ayahnya, Osteen meningkatkan jumlah jemaat menjadi hampir lima kali lipat.

Bukunya, “Your Best Life Now: 7 Steps to Living Your Full Potential" terjual hampir tiga juta eksemplar. Pada pertengahan tahun 2000-an, Osteen ditonton oleh lebih banyak orang dibanding pengkhotbah mana pun di Amerika Serikat. Nielsen Media Research mencatat 95 persen dari seluruh rumah tangga di Amerika Serikat menyaksikan khotbahnya.

BACA JUGA: Pengadilan Tinggi Malaysia Batalkan Beberapa Hukum Islam

"Ketika saya menghadiri kebaktian yang dihadiri ratusan hingga ribuan orang di auditorium, dan saya mencoba bertanya kepada orang-orang dan saat penandatanganan buku, katakan kepada saya apa yang Anda sukai dari Joel Osteen… dan mereka menjawab, dia membuat saya merasa lebih baik,'" kata Martin.

Kebaktiannya selama bertahun-tahun telah menarik jemaat yang terdiri dari warga kulit putih, kulit hitam, dan Hispanik yang hampir seimbang jumlahnya, sebuah keragaman yang tidak terlihat di sebagian besar gereja di seluruh Amerika Serikat.

Meskipun demikian gaya khotbahnya juga menuai kritik. Ia dinilai kurang menyampaikan doktrin dan teologi dalam khutbah-khotbahnya. Merujuk hal itu, Osteen mengatakan kepada Martin, "saya percaya bahwa orang-orang tidak tertarik dengan doktrin. Mereka ingin tahu bagaimana hidup mereka bisa jadi lebih baik. Itu yang menjadi fokus saya.” [em/jm]