Para inspektur PBB mengambil sampel darah dan jaringan dari beberapa orang yang diduga merupakan korban yang selamat dari serangan kimia pekan lalu.
KAIRO —
Di tengah sorotan masyarakat internasional, para penyidik senjata kimia PBB hari Kamis melakukan inspeksi ketiga atas dugaan serangan senjata kimia pekan lalu. Inspeksi itu dilakukan ketika Sekjen PBB mendesak negara-negara berpengaruh di dunia untuk menunda kemungkinan aksi militer terhadap Suriah sampai tim itu menyelesaikan pekerjaannya.
Para inspektur senjata kimia PBB telah melakukan tiga kunjungan ke pinggiran ibu kota yang dikuasai pemberontak pekan ini - dengan konvoi beberapa kendaraan PBB ke pinggiran kota Douma dan Zamalka hari Kamis. Kunjungan itu menyusul inspeksi awal di Zamalka dan Mleiha hari Rabu, dan di Madhamiya hari Senin.
Para saksi mengatakan kepada media-media satelit Arab bahwa para inspektur mengambil sampel darah dan jaringan dari beberapa orang yang diduga merupakan korban yang selamat dari serangan kimia pekan lalu. Seorang aktivis oposisi memberitahu TV Arabiya sebagian besar korban tewas dari serangan itu "langsung dimakamkan setelah serangan itu, karena kurangnya kamar mayat berpendingin."
Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki -moon memberitahu wartawan di Wina bahwa para inspektur akan meninggalkan Suriah hari Sabtu. Dia mengatakan tim akan memberinya laporan pada akhir misi dua minggu, yang pada mulanya dijadwalkan untuk menyelidiki dugaan serangan kimia sebelumnya di dekat Aleppo Maret lalu.
Pemerintah Suriah membiarkan para inspektur PBB menunggu di Siprus berhari-hari, sambil memperdebatkan rincian misi mereka, termasuk lokasi-lokasi yang bisa mereka kunjungi. Bukti penggunaan serangan senjata kimia memburuk dalam beberapa jam, sehingga sulit untuk menilai apa yang terjadi.
Duta Besar Suriah untuk PBB Bashar Jaafari dikutip televisi pemerintah Suriah mengatakan Amerika dan sekutu-sekutu baratnya berupaya menekan para inspektur dalam mencapai suatu kesimpulan yang terburu-buru dengan mengancam aksi militer:
Dia mengatakan pemerintah Suriah ingin tim itu melanjutkan pekerjaannya secara bebas dan obyektif, tanpa tekanan politik atau militer. Dia mengatakan ancaman militer terhadap Suriah bertujuan mencegah para inspektur melakukan tugas dan mempengaruhi kesimpulan mereka.
Kementerian Luar Negeri Suriah memberi para inspektur waktu dua minggu untuk menyelidiki dugaan serangan kimia, dengan kemungkinan memperpanjang periode itu dua minggu lagi jika kedua belah pihak setuju. Namun sepertinya PBB tidak akan meminta perpanjangan waktu.
Sementara itu, Presiden Suriah Bashar al - Assad hari Kamis mengatakan negaranya akan "memerangi segala agresi luar negeri yang dihadapinya."
Para inspektur senjata kimia PBB telah melakukan tiga kunjungan ke pinggiran ibu kota yang dikuasai pemberontak pekan ini - dengan konvoi beberapa kendaraan PBB ke pinggiran kota Douma dan Zamalka hari Kamis. Kunjungan itu menyusul inspeksi awal di Zamalka dan Mleiha hari Rabu, dan di Madhamiya hari Senin.
Para saksi mengatakan kepada media-media satelit Arab bahwa para inspektur mengambil sampel darah dan jaringan dari beberapa orang yang diduga merupakan korban yang selamat dari serangan kimia pekan lalu. Seorang aktivis oposisi memberitahu TV Arabiya sebagian besar korban tewas dari serangan itu "langsung dimakamkan setelah serangan itu, karena kurangnya kamar mayat berpendingin."
Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki -moon memberitahu wartawan di Wina bahwa para inspektur akan meninggalkan Suriah hari Sabtu. Dia mengatakan tim akan memberinya laporan pada akhir misi dua minggu, yang pada mulanya dijadwalkan untuk menyelidiki dugaan serangan kimia sebelumnya di dekat Aleppo Maret lalu.
Pemerintah Suriah membiarkan para inspektur PBB menunggu di Siprus berhari-hari, sambil memperdebatkan rincian misi mereka, termasuk lokasi-lokasi yang bisa mereka kunjungi. Bukti penggunaan serangan senjata kimia memburuk dalam beberapa jam, sehingga sulit untuk menilai apa yang terjadi.
Duta Besar Suriah untuk PBB Bashar Jaafari dikutip televisi pemerintah Suriah mengatakan Amerika dan sekutu-sekutu baratnya berupaya menekan para inspektur dalam mencapai suatu kesimpulan yang terburu-buru dengan mengancam aksi militer:
Dia mengatakan pemerintah Suriah ingin tim itu melanjutkan pekerjaannya secara bebas dan obyektif, tanpa tekanan politik atau militer. Dia mengatakan ancaman militer terhadap Suriah bertujuan mencegah para inspektur melakukan tugas dan mempengaruhi kesimpulan mereka.
Kementerian Luar Negeri Suriah memberi para inspektur waktu dua minggu untuk menyelidiki dugaan serangan kimia, dengan kemungkinan memperpanjang periode itu dua minggu lagi jika kedua belah pihak setuju. Namun sepertinya PBB tidak akan meminta perpanjangan waktu.
Sementara itu, Presiden Suriah Bashar al - Assad hari Kamis mengatakan negaranya akan "memerangi segala agresi luar negeri yang dihadapinya."