Interpol, Rabu (10/5) meluncurkan kampanye yang meminta anggota masyarakat untuk membantu mengidentifikasi mayat 22 perempuan yang diyakini telah dibunuh di Belgia, Jerman dan Belanda dalam beberapa dekade terakhir.
T-shirt yang dicetak, gelang perak, dan tato mawar adalah beberapa gambar yang diposting ke situs web Interpol dan akun media sosial, detail dari apa yang biasanya dirahasiakan pada setiap pembunuhan di mana investigasi telah menemui jalan buntu.
Kasus tertua adalah mayat yang ditemukan di jalan raya A12 di Belanda pada tahun 1976, sedangkan yang terbaru ditemukan di sebuah taman di Belgia pada Agustus 2019.
“Sebagian karena para perempuan tersebut kemungkinan besar berasal dari luar negara tempat mereka ditemukan, identitas mereka belum diketahui,” kata Interpol dalam sebuah pernyataan yang mengumumkan kampanye “Identify Me” (“Identifikasikan Saya”).
Mayat-mayat itu mungkin ditinggalkan di berbagai negara “untuk menghindari penyelidikan kriminal,” tambahnya.
Rekonstruksi wajah telah dibuat untuk masing-masing korban serta informasi tentang tempat dan waktu mereka ditemukan, barang-barang pribadi yang ditemukan di tubuh dan pakaian serta perhiasan mereka.
“Setiap cara yang dapat kami pikirkan untuk menyelesaikan kasus belum terpecahkan ini telah dijajaki,” kata Francois-Xavier Laurent, yang mengelola database DNA Interpol.
“Penyelidikan telah menemui jalan buntu dan kami berharap perhatian publik akan memungkinkan kami untuk mencapai kemajuan,” katanya kepada kantor berita AFP.
“Keluarga, teman, kolega yang mungkin tidak lagi melihat orang-orang ini dari hari ke hari” dapat memberikan informasi, “bahkan petunjuk kecil” yang dapat membantu menyelesaikan kasus dan menginformasikan keluarga perempuan, kata Laurent.
Kasus-kasus itu “tidak terkait satu sama lain” tetapi memiliki kesamaan “konteks internasional,” tambahnya.
Interpol percaya bahwa sebagian perempuan korban pembunuhan itu berasal dari berbagai negara di Eropa Timur. [lt/uh]