Investasi Indonesia di 2021 Diharapkan Pulih hingga 6,4 Persen

Kawasan bisnis di Jakarta yang tampak sepi selama pandemi Covid-19 (foto: ilustrasi).

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas berharap investasi Indonesia akan kembali pulih di 2021. Namun untuk merealisasikan target itu, pemerintah harus bekerja ekstra. 

Deputi Bidang Ekonomi Kementerian PPN/Bappenas, Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan investasi Indonesia di tahun 2021 akan mengalami pemulihan dengan pertumbuhan hingga 6,4 persen. Realisasi investasi di 2021 diperkirakan mencapai Rp 858,5 triliun.

“Sehingga investasi terhadap perekonomian Indonesia akan memberikan kontribusi sebesar 31,5 persen,” katanya dalam sebuah acara daring, Selasa (22/12).

Selain diharapkan tumbuhnya investasi Indonesia di 2021 usai terdampak Covid-19, Kementerian PPN/Bappenas juga berharap adanya peningkatan peran investasi domestik, yang diperkirakan nilai Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dari sektor industri pengolahan akan mencapai sekitar Rp 270 triliun.

Deputi Bidang Ekonomi Bappenas, Amalia Adininggar Widyasanti, Selasa 22 Desember 2020. (foto: VOA/Anugrah)

“Tentunya ini sangat didukung oleh implementasi dari undang-undang cipta kerja serta iklim ketenagakerjaan yang lebih kondusif terhadap investor,” ungkap Amalia.

Lebih jauh Amalia menyampaikan rasa optimisnya bahwa sektor industri pada 2021 juga akan pulih. Dengan target pertumbuhan sekitar 5 persen, diperkirakan tenaga kerja yang bisa terserap di sektor industri pada 2021 akan mencapai 18,4 persen.

“Ini akan didorong oleh adanya promosi penggunaan produk dalam negeri termasuk penggunaan atau pengadaan barang dan jasa yang dilakukan pemerintah dan BUMN,” ungkapnya.

BACA JUGA: Jokowi Perkenalkan Menteri Baru di Kabinet Indonesia Maju

Dalam memulihkan sektor industri, ada beberapa strategi. Salah satunya akselerasi industri yang diarahkan untuk industrialisasi subtitusi impor seperti makanan, kimia, farmasi dan alat kesehatan.

“Pemulihan produktivitas dan pemasaran produk Industri Kecil Menengah (IKM) serta akan adanya beberapa kawasan industri yang akan beroperasi di 2021,” ujar Amalia.

Sektor pariwisata diprediksi akan kembali pulih dan menjadi momentum untuk menata kembali dan mempercepat penyiapan kawasan destinasi super prioritas. Namun, pemulihan sektor pariwisata akan berjalan secara bertahap.

Beberapa turis berlibur di Pantai Kuta, di tengah pandemi Covid-19 di Bali (foto: ilustrasi). Sektor pariwisata Indonesia diprediksi akan kembali pulih tahun depan.

“Belum bisa kembali dengan cepat karena memang adanya pergeseran preferensi atau daya beli masyarakat, serta juga pada tahap awal pada 2021 akan lebih didorong oleh upaya meningkatkan wisatawan lokal,” jelas Amalia.

Menteri PPN/Kepala Bappenas, Suharso Monoarfa mengatakan dampak dari Covid-19 menyebabkan masih ada tekanan terhadap daya beli masyarakat, walaupun lebih moderat dibandingkan dengan tahun 2020. Untuk itu diperlukan pemetaan sektor yang paling parah, moderat, dan ringan akibat pandemi Covid-19.

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Ketua Bappenas, Suharso Monoarfa, Selasa 22 Desember 2020. (Screenshot: VOA/Anugrah)

“Sektor ekonomi yang justru menjadi dominan pada keadaan seperti ini, misalnya seperti e-commerce, logistics, food delivery, teknologi, obat-obatan, streaming service, dan ekonomi kreatif,” ujarnya.

Masih kata Suharso, pada 2021 merupakan tahun pemulihan ekonomi dan reformasi sosial. Menata kembali dan memperkuat industri, pariwisata, dan investasi adalah tantangan pembangunan di tahun 2021.

“Kita akan bekerja dengan cara-cara yang lebih ekstra dari biasanya. Kita tidak bisa lagi bekerja yang konvensional tapi harus extraordinary,” katanya.

Your browser doesn’t support HTML5

Investasi Indonesia di 2021 Diharapkan Pulih hingga 6,4 Persen


Sementara itu, Sekretaris Utama Badan Pusat Statistik (BPS), Margo Yuwono mengungkapkan bahwa sektor yang paling tinggi terdampak karena pandemi Covid-19 adalah akomodasi dan makan minum di angka 92,47 persen.

“Pandemi Covid-19 ini memukul cukup berat terkait dengan dunia usaha. Kalau secara perekonomian 82,9 persen pendapatan dunia usaha menurun,” ungkapnya. [aa/em]