IOM: Hampir 6.300 Warga Haiti Melarikan Diri Pasca Serangan Geng

  • Associated Press

Sejumlah warga tampak berkumpul untuk mendapatkan makanan di sebuah tempat penampungan di Port-au-Prince, Haiti, pada 4 Oktoberfest 2024. (Foto: Reuters/Jean Feguens Regala)

Badan PBB Urusan Migrasi (IOM) mengatakan hampir 6.300 orang telah meninggalkan rumah mereka menyusul serangan di wilayah tengah Haiti yang dilakukan leh anggota geng bersenjata lengkap. Serangan tersebut menewaskan sedikitnya 70 orang.

Dalam laporannya pekan lalu, IOM menambahkan hampir 90% pengungsi tinggal bersama kerabat di keluarga angkat, sementara 12% mengungsi di tempat lain termasuk sekolah dan taman.

Serangan di Pont-Sondé terjadi pada Kamis (3/10) dini hari, ketika banyak di antara warga yang berjalan kaki pada tengah malam itu hanya membawa anak-anak dan anggota keluarga lainnya. Mayat-mayat tergeletak di jalan-jalan Pont-Sondé setelah serangan di wilayah Artibonite. Juru bicara Komisi Dialog, Rekonsiliasi dan Kesadaran untuk Menyelamatkan Artibonite, Bertide Harace, mengatakan kepada media lokal bahwa banyak korban tewas akibat luka tembakan di kepala.

Mereka yang tidak memiliki tempat berlindung di Taman Saint Marc mengeluh karena kelaparan akibat terbatasnya distribusi makanan dan air. Setiap wadah berisi beras dan kacang-kacangan serta setiap botol air menjadi sumber perselisihan sengit.

Para pengungsi perempuan yang duduk bersama anak-anak mereka menceritakan tentang suara tembakan yang mereka dengar, dan laki-laki yang menerobos masuk ke dalam rumah dan menembaki orang-orang.

BACA JUGA: Aksi Kekerasan Geng Kriminal di Haiti Tewaskan Puluhan Orang

Perdana Menteri Gary Conille, pada Jumat (4/10) lalu mengunjungi Saint-Marc dan bersumpah akan mengejar para pelaku ke muka hukum dan memberi hukuman berat.

Kekerasan geng di Artibonite, wilayah yang merupakan penghasil sebagian besar makanan di Haiti, telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Serangan pada hari Kamis lalu adalah salah satu pembantaian terbesar yang menelan banyak korban jiwa.

Hal serupa juga terjadi di ibu kota Port-au-Prince, yang 80% wilayahnya dikuasai oleh kelompok-kelompok kriminal atau geng. Aksi kekerasan biasanya menyasar warga sipil di wilayah yang dikuasai oleh saingan kelompok-kelompok tersebut.

Lingkungan yang tidak aman membuat mereka yang terdampak aksi kekerasan belum dapat kembali ke rumah.

Dalam laporan tanggal 2 Oktober lalu, IOM mengatakan lebih dari 700.000 orang – yang lebih dari separuhnya adalah anak-anak – kini menjadi pengungsi internal di seluruh Haiti. Jumlah itu meningkat 22% sejak bulan Juni. [em/ka]