Lebih dari 76.000 orang telah mengungsi di Lebanon dalam hampir tiga bulan pertempuran yang terjadi hampir setiap hari di perbatasan dengan Israel, kata Organisasi Internasional untuk Migrasi PBB (IOM).
Kekerasan meningkat di daerah perbatasan sejak perang Israel-Hamas pecah pada awal Oktober. Baku tembak berlanjut pada Jumat antara pasukan Israel dan Hizbullah, sekutu kelompok militan Palestina Hamas di Lebanon yang didukung Iran.
Dalam laporan yang diterbitkan Kamis, IOM mengatakan bahwa eskalasi itu telah membuat 76.018 orang mengungsi, terutama di wilayah selatan Lebanon yang berbatasan dengan Israel. Lebih dari 80 persen pengungsi Lebanon itu tinggal bersama kerabat mereka, menurut laporan tersebut. Hanya dua persen yang tinggal di 14 tempat penampungan kolektif yang tersebar di beberapa bagian selatan negara itu, terutama di kota pesisir Tyre dan di wilayah Hasbaya. Sisanya telah menyewa apartemen atau pindah ke rumah-rumah di daerah yang jauh dari perbatasan, kata badan PBB tersebut.
Kekerasan lintas batas telah menyebabkan 175 orang tewas di Lebanon, termasuk 129 pejuang Hizbullah dan lebih dari 20 warga sipil, termasuk tiga jurnalis, menurut hitungan kantor berita AFP. Di Israel Utara, sembilan tentara dan lima warga sipil tewas, menurut pihak berwenang Israel.
Hizbullah, yang melakukan operasi harian terhadap tentara Israel di perbatasan, mengatakan mereka melakukan intervensi untuk mendukung Hamas di Gaza.
Ketegangan semakin meningkat dengan serangan pada Selasa yang menewaskan orang nomor dua Hamas, Saleh al-Aruri, di kubu Hizbullah di Beirut Selatan. Pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah memperingatkan bahwa pembunuhan itu, yang secara luas dikaitkan dengan Israel, “tidak akan dibiarkan begitu saja”.
Israel bersumpah akan “menumpas” Hamas menyusul serangan yang belum pernah terjadi pada 7 Oktober terhadap Israel yang menewaskan sekitar 1.140 orang, sebagian besar warga sipil, menurut penghitungan AFP berdasarkan angka resmi.
Serangan balasan Israel terhadap Gaza telah menewaskan 22.438 orang, sebagian besar perempuan dan anak-anak, menurut kementerian kesehatan wilayah itu yang dikelola Hamas. [ka/uh]