Irak Berharap Bangun 8 Reaktor Tenaga Nuklir Tahun 2030 

Pembangkit Listrik Dhi Qar di dekat kota Nasiriyah di provinsi Dhi Qar selatan Irak, 16 Juni 2020. (Foto: Hussein FALEH / AFP)

Irak, yang mengalami kekurangan listrik kronis, ingin membangun delapan reaktor tenaga nuklir pada tahun 2030 untuk mengurangi ketergantungan pada energi eksternal, demikian menurut seorang pejabat, Selasa (15/6).

Irak saat ini menggunakan listrik dan mengimpor gas dari negara tetangganya Iran untuk menghasilkan sekitar sepertiga dari listriknya. "Pada 2030-2031, kami ingin memproduksi 25 persen kebutuhan listrik kami melalui tenaga nuklir," kata Kamal Latif, kepala Otoritas Pengatur Sumber Radioaktif Irak, kepada AFP.

Tenaga nuklir "lebih murah dan tersedia setiap hari sepanjang tahun, tidak seperti energi surya atau energi terbarukan lainnya," tambahnya.

Latif mengatakan perundingan yang saat ini sedang berlangsung dengan perusahaan "Rusia, Korea, China, Amerika dan Perancis" bisa mengarah pada "penandatanganan" kesepakatan pada akhir tahun.

Ia menolak mengomentari laporan yang mengatakan biaya reaktor baru itu $40 miliar, dan hanya mengatakan Irak akan merundingkan fasilitas pembayaran "lebih dari 20 tahun, dengan kemungkinan pinjaman berbunga rendah".

Perusahaan Rusia Rosatom, yang dikutip oleh kantor berita TASS, mengatakan sedang mendiskusikan dengan Irak "seluruh agenda kemungkinan kerja sama dalam aplikasi energi dan non-energi dari teknologi nuklir untuk tujuan damai".

Para pakar percaya, daripada menggunakan nuklir, Irak seharusnya merenovasi infrastrukturnya, karena kehilangan 30 hingga 50 persen energinya dalam transmisi yang disebabkan oleh sirkuit yang sudah usang.

Untuk meningkatkan infrastruktur energinya, Irak telah menandatangani nota kesepahaman dengan Siemens Jerman dan General Electric AS, tetapi proyek tersebut belum berjalan. [my/lt]