Irak Tahan 1.300 Perempuan dan Anak-anak Keluarga ISIS

Foto yang diambil dari video pada tanggal 9 September ini menunjukkan seorang perempuan dan anak kecil tidur di lantai tenda di kamp pengungsi di pinggiran Mosul, Irak.

Pasukan Irak menahan lebih dari 1.300 perempuan dan anak-anak warga asing, kerabat anggota ISIS, di sebuah kamp pengungsi di Irak Utara.

1.333 orang dari 14 negara itu menyerahkan diri ke pasukan Kurdi pada akhir Agustus setelah ofensif Irak menyingkirkan kelompok ekstremis itu dari kota Tal Afar, di dekat Mosul, Irak Utara, kata para pejabat keamanan Irak. Para pejabat itu berbicara dengan syarat anonim, sesuai dengan protokol militer.

Mereka menyatakan perempuan dan anak-anak itu tidak akan dikenai dakwaan kriminal dan kemungkinan besar akan dipulangkan ke negara asal mereka. Sebagian besar berasal dari Asia Tengah, Rusia dan Turki. Tetapi dalam kelompok itu juga terdapat orang-orang dari Jepang dan Korea Selatan.

Puluhan ribu orang asing bepergian menuju Irak dan Suriah untuk tinggal dalam kekalifahan Islam yang dibentuk ISIS. Wilayah kekuasaan mereka menyusut dengan cepat selama dua tahun ini karena pasukan Irak dan Suriah berhasil merebut kembali beberapa kota.

Feyruza, perempuan asal Dagestan di Rusia, mengatakan ia tidak dapat menjalankan syariat Islam di Azerbaijan, tidak dapat mengenakan cadar karena petugas intel ada di mana-mana. “Kami diberitahu bahwa di Irak mereka memberlakukan syariat Islam. Kami datang ke sini dan ternyata itu benar. Kami menjalani hidup kami sebagai Muslim dan kami sangat bahagia sampai pesawat-pesawat tempur datang dan menghancurkan semuanya,” lanjut Feyruza.

Ia dan perempuan-perempuan lainnya menyatakan telah tinggal di Tal Afar sejak awal 2015. Mereka mengaku tidak tahu apa-apa mengenai kekejaman ISIS yang banyak dipublikasikan.

"Kami tidak melihat ada pembunuhan. Ini tidak terjadi. Semuanya sesuai Quran dan Sunnah. Apa yang kami lihat adalah penerapan syariat Islam," kata Aybenis, juga dari Azerbaijan. Perempuan-perempuan itu menolak memberitahu nama keluarga mereka karena masalah keamanan.

Mereka mengatakan hidup dengan baik hingga Agustus, sewaktu pasukan Irak meluncurkan operasi untuk merebut kembali Tal Afar. Pernyataan mengenai kehidupan mereka di bawah militan itu berbeda tajam dengan apa yang dikemukakan warga Tal Afar lainnya, yang ribuan di antaranya telah melarikan diri dalam bulan-bulan menjelang operasi militer karena kekurangan makanan dan persediaan lainnya.

Para perempuan dan anak-anak itu kini tinggal di tenda-tenda dan menerima bantuan dari berbagai organisasi kemanusiaan. Mereka termasuk di antara ratusan ribu warga Irak yang mengungsi karena perang sepanjang tahun lalu. Pasukan Irak merebut kembali Mosul, kota terbesar ke-dua di negara itu, pada Juli lalu setelah pertempuran selama sembilan bulan.

Perempuan-perempuan itu mengaku tidak tahu nasib suami mereka, yang menyerahkan diri secara terpisah kepada pasukan Kurdi. Brigjen Kamel Harki, seorang komandan Kurdi, mengatakan, sejumlah anggota ISIS yang tertangkap telah diserahkan kepada pihak berwenang Irak, sementara yang lainnya tewas setelah berpura-pura menyerah dan kemudian menyerang orang-orang yang menangkap mereka. [uh]