Iran Adili Tersangka Pemimpin Kelompok Militan Berbasis di AS

Jamshid Sharmahd menghadiri sidang pengadilan di Teheran, Iran Minggu (6/2).

Televisi pemerintah Iran melaporkan dimulainya sidang pengadilan terhadap tersangka pemimpin sayap militan kelompok oposisi Iran yang berbasis di Amerika.

Jamshid Sharmahd, warga negara Jerman keturunan Iran yang juga penduduk tetap Amerika, dituduh merencanakan pemboman sebuah masjid yang menewaskan 14 orang dan melukai lebih dari 200 lainnya pada tahun 2008. Pada tahun 2020 dinas intelijen Iran menahan Sharmahd.

Iran mengatakan Sharmahd adalah pemimpin Tondar, sayap militan kelompok oposisi Majelis Kerajaan Iran atau Kingdom Assembly of Iran. Keluarga Sharmahd mengatakah ia hanya juru bicara kelompok yang dalam bahasa Farsi disebut “Anjoman-e Padeshahi-e Iran” itu dan menuduh Iran menculiknya di Dubai. Sharmahd tinggal di Glendora, California.

Ketika ditahan, Iran menuduh Sharmahd berada di balik pemboman yang menarget Masjid Hosseynieh Seyed Al Shohada di kota Shiraz.

BACA JUGA: Situs Streaming TV Pemerintah Iran Diretas

Sebuah stasiun pemerintah Sharmahd mengaku memiliki hubungan dengan FBI dan CIA. Sebuah stasiun televisi mengklaim ia berhubungan dengan sembilan agen FBI dan CIA, dan pertemuan terakhir mereka pada Januari 2020; tanpa merinci lebih lanjut.

Televisi pemerintah Iran telah sejak lama diyakini diawasi oleh badan-badan intelijen di negara itu, dan saluran-saluran televisi telah secara rutin menyiarkan pengakuan paksa.

Keluarga Sharmahd menuduh Iran menahan ayah mereka selama “555 hari kurungan isolasi tanpa tuduhan” sebelum sidang pengadilan itu. Ketika ditahanm Iran menuduh Sharmahd berada di balik pemboman Masjid Hosseynieh Seyed Al Shohada di kota Shiraz tahun 2008, dan bahwa ia merencanakan serangan lain di sekitar Iran.

Sharmahd, yang mendukung pemulihan monarki Iran yang digulingkan dalam Revolusi Islam Iran tahun 1979, sebelumnya telah menjadi sasaran plot pembunuhan Iran di wilayah Amerika pada tahun 2009.

Iran belum mengatakan bagaimana mereka menahan Sharmahd, yang dilakukan di tengah meningkatnya ketegangan antara Amerika terkait perjanjian nuklir tahun 2015 yang ditinggalkan Amerika tahun 2018. Putra Sharmahd mengatakan ketika ditangkap ayahnya sedang berada di Dubai dan siap terbang ke India untuk kesepakatan bisnis yang melibatkan perusahaan piranti lunaknya. Ia berharap mendapat penerbangan lanjutan meskipun pandemi virus corona mengganggu perjalanan global.

Para pejabat Barat percaya Iran menjalankan operasi intelijen di Dubai dan mengawasi ratusan ribu orang Iran yang tinggal di kota itu. Iran juga diduga telah menculik dan kemudian membunuh warga negara Inggris keturunan Iran Abbas Yazdi di Dubai tahun 2013, meskipun Iran membantah terlibat. [em/jm]