Iran, Kamis (23/2), mengakui adanya tuduhan dari Badan Energi Atom Internasional (IAEA) bahwa negara itu untuk pertama kalinya telah memperkaya uraniumnya hingga kemurnian 84 persen, tingkat yang semakin memungkinkan Republik Islam itu mengembangkan senjata nuklir.
Pengakuan Kamis itu muncul di Nour News, sebuah situs web Iran yang terhubung dengan Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran, yang diawasi oleh Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei.
Bloomberg pertama kali melaporkan pada hari Minggu bahwa para inspektur IAEA telah mendeteksi partikel uranium yang diperkaya hingga 84 persen.
Badan PBB yang berbasis di Wina itu, tidak membantah laporan tersebut, dan hanya mengatakan “bahwa IAEA sedang berdiskusi dengan Iran mengenai hasil kegiatan verifikasi badan tersebut baru-baru ini.''
Dalam editorialnya Kamis, Nour News mendesak IAEA untuk “tidak menjadi mangsa rayuan negara-negara Barat'' dan menyatakan bahwa program nuklir Iran adalah “benar-benar untuk tujuan damai.''
Nour News sebelumnya pernah diberi sanksi oleh Kanada karena telah “berpartisipasi dalam pelanggaran HAM berat dan sistematis dan melanggengkan kegiatan disinformasi untuk membenarkan penindasan dan penganiayaan rezim Iran terhadap warganya” di tengah protes nasional di sana.
Belum jelas di fasilitas nuklir mana pengayaan uranium hingga kemurnian 84 persen itu dilakukan. Iran sebelumnya dilaporkan telah memperkaya uranium di fasilitas Fordo hingga kemurnian 60 persen, tingkat yang menurut para ahli tidak memiliki kegunaan sipil.
Uranium untuk pengembangan senjata nuklir harus diperkaya hingga 90 persen. Sementara direktur jenderal IAEA telah memperingatkan bahwa Iran sekarang memiliki cukup uranium untuk memproduksi “beberapa'' bom nuklir jika diinginkan, negara itu kemungkinan akan membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk membuat senjata teesebut. [ab/lt]