Iran, pada Rabu (26/7), mengatakan pihaknya telah memberi rincian terbaru kepada PBB tentang dua situs di dekat Teheran yang menurut para inspektur PBB memiliki jejak uranium buatan manusia. Penjelasan tersebut adalah bagian dari penyelidikan yang lebih luas di saat ketegangan terkait kemajuan program nuklir Republik Islam itu tengah meningkat.
Komentar yang disampaikan kepala program nuklir sipil Iran, Mohammad Eslami, itu muncul saat kesepakatan nuklir Iran 2015 dengan sejumlah negara-negara kuat di dunia tetap mandek dan Iran terus memperkaya uranium ke tingkat yang semakin memungkinkannya membuat senjata nuklir. Menjawab pertanyaan dari Badan Energi Atom Internasional (IAEA) dapat membuat Iran menghindari kecaman lebih lanjut karena tenggat Oktober semakin dekat di mana pembatasan internasional pada program rudal balistiknya akan dicabut.
Berbicara setelah rapat kabinet, Eslami mengatakan, Iran telah mengirim "jawaban terperinci" kepada IAEA.
“Jika jawaban itu tidak diterima dan ada ambiguitas atau keraguan, seperti yang selalu kami katakan, kami akan mengklarifikasi dan merevisi dokumen-dokumen itu,” kata Eslami dalam komentar yang disiarkan televisi pemerintah. “Kami saat ini berada di fase tersebut dan kami telah memberikan lebih banyak bukti dan dokumen kepada IAEA dan akan memberikan [mereka] lebih banyak lagi sehingga IAEA dapat beranjak dari isu ini.”
IAEA yang berbasis di Wina tidak segera menanggapi permintaan komentar dari kantor berita Associated Press. Namun, komentar Eslami menandai perubahan situasi mengingat Iran sebelumnya telah membatasi inspeksi, menahan video rekaman pengawasan, dan membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk menanggapi IAEA setelah Presiden Donald Trump secara sepihak menarik Amerika Serikat keluar dari kesepakatan nuklir pada 2018.
Eslami tidak menyebut nama kedua situs tersebut, meskipun IAEA telah mengidentifikasi mereka sebagai Turquzabad dan Varamin, yang berada di luar Teheran.
Iran menegaskan program nuklirnya untuk tujuan sipil. Namun, menurut Barat dan IAEA, Iran memiliki program nuklir militer terorganisir hingga 2003. [ka/jm]