Kurang dari dua minggu pelaksanaan pemilu, rakyat Iran kesulitan mengakses berita dan opini, terutama di internet yang semakin dibatasi oleh pemerintah.
Empat tahun lalu ketika hasil pemilu diumumkan di Iran, dunia media sosial menjadi popular. Rekaman video ponsel dikirim ke luar negara itu. Reformis Gerakan Hijau menyatakan ketidakpuasan mereka atas apa yang dinilai sebagai kemenangan hasil penipuan oleh Presiden Mahmoud Ahmadinejad.
Sejak itu, boleh dibilang, tidak ada aktivitas media sosial.
Analis Geneive Abdo pada Stimson Center di Washington mengingatkan jangan harap hal itu akan berubah.
Abdo mengatakan, "Gerakan Hijau secara umum telah dibungkam dan orang tidak tertarik untuk melancarkan aksi protes lagi."
Menurut Abdo, alasannya adalah rezim yang agresif, seperti rezim lain di dunia, menindak keras blogger-blogger yang tidak disukai.
Ia menambahkan, "Mereka menggunakan teknologi sangat canggih untuk menyaring internet dan mencegat email. Dengan cara itu mereka menangkap banyak orang, karena mereka bisa dengan sangat mudah mengidentifikasi penulisnya."
Tetapi dalam beberapa minggu terakhir, Internet di Iran begitu lambat sehingga satu surat kabar menyebut "Internet dalam keadaan koma."
Hal itu menyebabkan banyak rakyat Iran – termasuk para kandidat presiden - bergantung pada media pemerintah. Namun bahkan di media itu, pihak berwenang tidak takut untuk campur tangan.
Mohammad Reza Aref adalah mantan wakil presiden yang dinilai sejumlah orang sebagai kandidat reformis terkemuka. Penampilan Aref di televisi telah dipotong.
Mohsen Rezaei, mantan komandan Garda Revolusi, mengeluh bagian-bagian wawancara pertamanya di televisi terkait kampanye telah disensor.
Kampanye Rezaei lalu menggunakan situs web sendiri untuk menayangkan bagian video yang katanya disensor itu.
Kandidat lain juga mencari cara untuk menggunakan media sosial, termasuk kandidat yang mungkin akan unggul, ketua perunding nuklir Saeed Jalili, yang mempunyai akun Twitter sendiri.
Sejak itu, boleh dibilang, tidak ada aktivitas media sosial.
Analis Geneive Abdo pada Stimson Center di Washington mengingatkan jangan harap hal itu akan berubah.
Abdo mengatakan, "Gerakan Hijau secara umum telah dibungkam dan orang tidak tertarik untuk melancarkan aksi protes lagi."
Menurut Abdo, alasannya adalah rezim yang agresif, seperti rezim lain di dunia, menindak keras blogger-blogger yang tidak disukai.
Ia menambahkan, "Mereka menggunakan teknologi sangat canggih untuk menyaring internet dan mencegat email. Dengan cara itu mereka menangkap banyak orang, karena mereka bisa dengan sangat mudah mengidentifikasi penulisnya."
Tetapi dalam beberapa minggu terakhir, Internet di Iran begitu lambat sehingga satu surat kabar menyebut "Internet dalam keadaan koma."
Hal itu menyebabkan banyak rakyat Iran – termasuk para kandidat presiden - bergantung pada media pemerintah. Namun bahkan di media itu, pihak berwenang tidak takut untuk campur tangan.
Mohammad Reza Aref adalah mantan wakil presiden yang dinilai sejumlah orang sebagai kandidat reformis terkemuka. Penampilan Aref di televisi telah dipotong.
Mohsen Rezaei, mantan komandan Garda Revolusi, mengeluh bagian-bagian wawancara pertamanya di televisi terkait kampanye telah disensor.
Kampanye Rezaei lalu menggunakan situs web sendiri untuk menayangkan bagian video yang katanya disensor itu.
Kandidat lain juga mencari cara untuk menggunakan media sosial, termasuk kandidat yang mungkin akan unggul, ketua perunding nuklir Saeed Jalili, yang mempunyai akun Twitter sendiri.