Untuk hari kedua berturut-turut, Iran Senin (12/10) mengumumkan jumlah kematian tertinggi dalam satu hari akibat virus corona, dengan mengukuhkan 272 orang meninggal.
Pengumuman yang disampaikan juru bicara Departemen Kesehatan, Sima Sadat Lari juga menyebutkan Iran mencatat jumlah kasus baru harian tertinggi yaitu 4.206.
Iran telah mengalami wabah terburuk di Timur Tengah, dengan lebih dari 500.000 kasus terkonfirmasi. Mereka juga mencatat lebih dari 28.800 kematian dan 409.000 yang berhasil pulih. Situasi di ibu kota, Teheran, memburuk, menyebabkan pihak berwenang memperketat restriksi awal bulan ini, menutup universitas-universitas, sekolah, perpustakaan, masjid, bioskop, museum dan salon kecantikan.
BACA JUGA: Tahanan Politik Iran Terinfeksi Covid-19Pada hari Sabtu (10/10), seluruh penduduk Teheran diperintahkan untuk mengenakan masker di luar ruangan serta tempat-tempat umum, dan memperingatkan pelanggar akan dikenai denda. Sementara jumlah kasus melonjak, juru bicara Kabinet, Ali Rabiei menjanjikan bahwa mereka yang positif terjangkit akan dilacak secara cermat.
Iran telah berjuang keras untuk mencegah penyebaran virus corona di negara berpenduduk 80 juta jiwa itu. Awalnya berhasil dengan menerapkan pembatasan perjalanan pada bulan Mei namun kemudian perebakan terjadi lagi pada bulan Juni. Dalam beberapa minggu terakhir, Iran mendapati angka kematian harian melonjak ke tingkat tertinggi, memicu kekhawatiran yang kian besar sementara pejabat pemerintah terus menolak melakukan penutupan total karena khawatir perekonomian yang sudah terkena sanksi, ambruk.
BACA JUGA: Virus Corona Meluas, Iran Laporkan Tingkat Kematian Tertinggi dalam SehariVirus itu telah menyebar ke para pejabat tertinggi pemerintahan. Di antara mereka yang terinfeksi baru-baru ini adalah kepala badan energi atom Iran dan wakil presiden Iran bidang anggaran dan perencanaan. Sejumlah anggota menteri Kabinet juga positif terjangkit virus, termasuk Wakil Presiden senior Eshaq Jahangiri dan Wakil Presiden Massoumeh Ebtekar. Kepala gugus tugas Iran untuk penanganan Covid-19, yang sebelumnya mendorong publik untuk tidak berlebihan tentang penyebaran virus, termasuk di antara pejabat yang pertama-tama tertular virus pada akhir Februari.
Virus itu pertama kali muncul di Iran bersamaan ketika pemerintah berupaya untuk menggalang dukungan dalam pemilihan parlemen Iran, yang mendapati jumlah pemilih terendah sejak Revolusi Islam pada tahun 1979 yang mengantarkan tokoh ulama ke tampuk kekuasaan. [lj/uh]