Iran, Selasa (13/9), mengimbau Armenia dan Azerbaijan untuk menahan diri setelah kedua negara bertetangga itu terlibat dalam bentrokan yang paling banyak menelan korban jiwa sejak perang terakhir mereka hampir dua tahun lalu.
Iran "menyerukan untuk menahan diri dan mengupayakan penyelesaian damai dalam perselisihan antara kedua negara, dan menyatakan keprihatinannya atas meningkatnya ketegangan," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Nasser Kanani, dalam sebuah pernyataan.
Armenia mengatakan Selasa bahwa sedikitnya 49 tentaranya tewas dalam bentrokan dengan Azerbaijan dan meminta bantuan para pemimpin dunia, dengan mengatakan bahwa pasukan Azerbaijan berusaha menginvasi wilayahnya.
Kementerian pertahanan Azerbaijan mengatakan bentrokan itu merenggut nyawa beberapa tentaranya, tanpa menyebutkan jumlahnya. Kementerian itu mengatakan, pasukannya menanggapi provokasi Armenia.
Kedua negara bertetangga itu pernah berperang dua kali, pada 1990-an dan 2020, terkait Nagorno-Karabakh, daerah kantong Azerbaijan yang berpenduduk Armenia.
Pertempuran enam minggu pada musim gugur 2020 merenggut lebih dari 6.500 nyawa dan berakhir dengan gencatan senjata yang ditengahi Rusia.
Di bawah kesepakatan itu, Armenia menyerahkan sebagian besar wilayah yang telah dikuasainya sejak 1990-an dan Moskow mengerahkan sekitar 2.000 penjaga perdamaian Rusia untuk mengawasi gencatan senjata yang rapuh itu.
Iran berbatasan dengan Armenia dan Azerbaijan, termasuk daerah-daerah yang diperebutkan pada perang tahun 2020. Iran melaporkan dua warganya tewas akibat tembakan nyasar dalam konflik Armenia-Azerbaijan kali ini. [ab/uh]