Iran pada Senin (13/11) menghukum gantung tiga pria yang divonis bersalah melakukan serangan bom di wilayah tenggara yang bergejolak, kata pengadilan.
Ketiga pria dijatuhi hukuman mati setelah meledakan sebuah kantor polisi dan sebuah kendaraan patroli di Zahedan, Ibu Kota Provinsi Sistan-Baluchistan, pada 2019.
“Hukuman terhadap pelaku pemboman di Zahedan dilaksanakan hari ini,” kata hakim ketua provinsi tersebut, Ali Mostafavinia, dalam situs pengadilan Mizan Online. Mostafavinia mengatakan para terdakwa juga dihukum karena "menerima pelatihan militer, mentransfer dan menyembunyikan bahan-bahan pembuatan bom".
Mereka juga dinyatakan bersalah karena menjadi bagian dari kelompok jihadis Sunni Jaish al-Adl (Tentara Keadilan), yang dibentuk pada tahun 2012 dan masuk daftar hitam oleh Iran sebagai organisasi “teroris”, menurut Mizan.
Iran mengeksekusi lebih banyak orang per tahun dibandingkan negara-negara lain kecuali China, menurut organisasi-organisasi HAM, termasuk Amnesty International.
Lebih dari 600 orang telah dieksekusi oleh Iran dalam tahun ini, yang merupakan angka tertinggi dalam delapan tahun terakhir, kata kelompok Hak Asasi Manusia Iran (IHR) yang berbasis di Norwegia dalam sebuah laporan pada November.
Kerusuhan di Provinsi Sistan-Baluchistan yang miskin di Iran, perbatasan dengan Pakistan, selama bertahun-tahun telah melibatkan geng-geng penyelundup narkoba, para pemberontak dari minoritas Baluchi, dan kelompok-kelompok ekstremis Muslim Sunni. Pada hari Senin, kantor berita pemerintah Iran, IRNA, mengatakan seorang tentara tewas dan dua lainnya terluka dalam konfrontasi dengan kelompok bersenjata di dekat perbatasan dengan Pakistan.
BACA JUGA: Kelompok HAM: Iran Hukum Gantung 11 Anggota Minoritas Baluch dalam 2 HariPada bulan September, orang-orang bersenjata melakukan serangan di provinsi tersebut dan menewaskan dua polisi. Juli lalu, empat polisi terbunuh saat sedang berpatroli. Awal bulan itu, dua polisi dan empat penyerang tewas dalam granat dan baku tembak di provinsi tersebut dalam serangan yang kemudian diklaim oleh Jaish al-Adl.
Zahedan juga menjadi lokasi protes yang berkobar pada September 2022, ketika puluhan orang tewas dalam demonstrasi terkait dugaan pemerkosaan terhadap seorang gadis remaja oleh polisi. [ab/ka]