Seorang pejabat senior Iran mengatakan pada Jumat (15/11) bahwa Teheran akan mendukung Lebanon dalam “keadaan apa pun," ketika Amerika Serikat dan negara-negara lain berupaya untuk mengamankan kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan kelompok militan Lebanon, Hizbullah.
Penasihat senior pemimpin tertinggi Iran, Ali Larijani, melawat ke Beirut pada Jumat dan mengadakan pembicaraan dengan Perdana Menteri Lebanon Najib Mikati. Berbicara kepada wartawan usai pembicaraan tersebut, Larijani mengatakan bahwa Iran “mendukung rakyat Lebanon dan para pejabatnya.”
Dia mengatakan Iran tidak berusaha mengganggu apa pun kecuali menyelesaikan masalah. Dia menyebut Hizbullah sebagai “gerakan yang bijaksana” dan Lebanon, sebuah negara yang bijaksana, “tetapi mereka sendiri tahu tindakan apa yang perlu mereka ambil.”
Larijani mengatakan Iran berharap situasi membaik “sesegera mungkin” dan orang-orang yang terpaksa pindah dari wilayah selatan dapat kembali ke rumah mereka. Iran mendukung Hizbullah di Lebanon dan Hamas di Gaza. Kedua kelompok tersebut telah ditetapkan sebagai organisasi teror oleh Amerika Serikat, Inggris dan negara-negara Barat lainnya.
Komentar penasihat tersebut dipandang sebagai sinyal langsung bahwa Iran akan mendukung perjanjian gencatan senjata yang dinegosiasikan dengan Israel.
Kunjungan Larijani terjadi sehari setelah para pejabat dan media Lebanon melaporkan bahwa duta besar Amerika Serikat untuk negara tersebut, Lisa Johnson, menyerahkan rancangan proposal perdamaian Israel-Hizbullah kepada Ketua Parlemen Nabih Berri, yang memimpin pembicaraan mewakili Hizbullah. Larijani mengadakan pertemuan terpisah pada Jumat (15/11) dengan pembicara.
Perincian usulan tersebut tidak diumumkan, dan Kedutaan Besar Amerika Serikat di Beirut tidak mengonfirmasi atau menyangkal laporan tersebut.
Israel menginvasi Jalur Gaza tahun lalu setelah Hamas memimpin serangan teror terhadap komunitas di Israel selatan. Menurut pihak berwenang Israel, serangan Hamas itu menewaskan sekitar 1.200 orang, dan Hamas juga menculik lebih dari 250 orang sebagai sandera. Sekitar 100 sandera masih berada di Gaza, dan sepertiga dari mereka diyakini tewas.
Sejak itu, serangan balasan Israel telah menewaskan lebih dari 43.700 orang, menurut otoritas kesehatan Gaza. Sebanyak 103.000 warga Palestina lainnya terluka. Militer Israel mengatakan korban tewas termasuk ribuan militan Hamas. Israel juga telah menghancurkan sebagian besar infrastruktur di daerah kantong tersebut, memaksa sebagian besar dari 2,3 juta penduduknya berpindah beberapa kali.
Perang menyebar ke Lebanon pada pertengahan September setelah berbulan-bulan serangan roket dari Hizbullah ke Israel dan serangan pesawat nirawak serta serangan udara oleh militer Israel di Lebanon selatan meningkat. Lebih dari 3.200 warga Lebanon telah terbunuh, sebagian besar dari mereka terbunuh dalam enam minggu terakhir.
Beberapa informasi dalam laporan ini berasal dari The Associated Press, Reuters dan Agence France-Presse.