Iran berhasil meluncurkan sebuah satelit penelitian ke orbit pada Sabtu (14/9) dengan menggunakan roket yang dikembangkan oleh Garda Revolusi, menurut laporan media pemerintah.
Peluncuran ini terjadi di tengah tuduhan Amerika Serikat dan negara-negara Eropa bahwa Iran telah mengirimkan rudal balistik ke Rusia, yang kemungkinan akan digunakan dalam perang di Ukraina dalam beberapa minggu mendatang. Namun, Iran membantah tuduhan tersebut.
Satelit Chamran-1 dibawa ke luar angkasa oleh roket Qaem-100. Satelit itu ditempatkan di orbit pada ketinggian 550 kilometer, dan sinyal pertamanya telah diterima. Media juga melaporkan bahwa roket berbahan bakar padat tersebut dirancang serta dibangun oleh Angkatan Udara Garda Revolusi.
Misi utama satelit seberat 60 kg adalah "mengujicoba sistem perangkat keras dan perangkat lunak guna memperlihatkan teknologi manuver orbital pada berbagai ketinggian dan fase," demikian dilaporkan media pemerintah.
Pada Januari, media Iran melaporkan bahwa satelit Sorayya berhasil diluncurkan ke orbit setinggi 750 km, menjadikannya orbit tertinggi yang pernah dicapai oleh negara tersebut.
Militer Amerika Serikat menuduh bahwa teknologi balistik jarak jauh yang digunakan untuk meluncurkan satelit ke orbit juga dapat digunakan Teheran untuk meluncurkan senjata jarak jauh, termasuk potensi hulu ledak nuklir.
Teheran membantah bahwa aktivitas satelitnya merupakan kedok untuk pengembangan rudal balistik. Iran menegaskan pihaknya tidak pernah mengembangkan senjata nuklir.
Chamran-1 juga memiliki misi lain, yaitu "untuk menguji subsistem propulsi gas dingin pada sistem luar angkasa serta mengevaluasi kinerja subsistem navigasi dan kontrol sikap," menurut laporan media pemerintah.
Iran tercatat sebagai negara yang memiliki salah satu program rudal terbesar di Timur Tengah. Namun, Teheran juga mencatatkan sejumlah kegagalan peluncuran satelit dalam beberapa tahun terakhir akibat masalah teknis. [ah]