Iran Memulai Pembangunan di Fasilitas Nuklir Natanz

Fasilitas pengayaan uranium Natanz di Iran tengah, 5 November 2019. (Foto: Badan Energi Atom Iran)

Iran telah memulai pembangunan di fasilitas nuklir Natanz tepat ketika badan nuklir PBB mengakui bahwa Teheran sedang membangun pabrik perakitan sentrifugal bawah tanah, setelah yang sebelumnya meledak akibat serangan sabotase musim panas lalu. Kepastian itu diperoleh dari gambar-gambar satelit yang dirilis, Rabu (28/10).

Pembangunan itu berlangsung sementara AS semakin mendekati hari pemilihan presiden yang menghadapkan presiden petahana Donald Trump dan pesaingnya Joe Biden. Kampanye tekanan maksimum Trump terhadap Iran telah menyebabkan Teheran meninggalkan semua batasan pada program nuklirnya, sedangkan Biden telah menyatakan kesediaannya untuk kembali ke kesepakatan nuklir yang telah disetujui sebelumnya. Hasil pemilu itu kemungkinan akan memutuskan pendekatan mana yang akan diambil Amerika.

Ketegangan yang meningkat antara Iran dan AS hampir memicu perang pada awal tahun ini.

Berdasarkan gambar-gambar satelit yang diperoleh Planet Labs yang berbasis di San Francisco, sejak Agustus, Iran telah membangun jalan baru ke selatan Natanz menuju apa yang diyakini para analis sebagai bekas lapangan tembak untuk pasukan keamanan di fasilitas pengayaan nuklir itu. Gambar-gambar satelit, pada Senin, menunjukkan jalan tersebut sedang dibersihkan dengan peralatan konstruksi.

BACA JUGA: Fasilitas Nuklir Iran di Natanz Terbakar

Misi Iran untuk PBB tidak segera menanggapi permintaan Associated Press untuk mendapatkan komentar mengenai pembangunan itu. Ali Akbar Salehi, kepala Badan Energi Atom Iran, bulan lalu mengatakan kepada televisi pemerintah bahwa fasilitas yang hancur itu akan diganti dengan fasilitas baru di jantung pegunungan di sekitar Natanz.

Rafael Grossi, Dirjen Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA), mengatakan kepada Associated Press, Selasa (27/10), para inspekturnya telah mengetahui pembangunan tersebut karena Iran juga telah melaporkan. Para inspektur IAEA masih memiliki akses ke situs-situs nuklir Iran meskipun kesepakatan nuklir gagal. “Artinya mereka sudah mulai, tapi itu belum selesai. Ini proses yang panjang,'' kata Grossi.

Trump pada 2018 secara sepihak menarik AS dari kesepakatan nuklir Iran dengan negara-negara besar dunia. Berdasarkan kesepakatan itu, Teheran setuju untuk membatasi pengayaan uraniumnya dengan imbalan pencabutan sanksi ekonomi. Ketika AS meningkatkan sanksi-sanksinya, Iran secara bertahap dan terang-terangan mengabaikan batasan tersebut. [ab/uh]