Pakistan dan Iran, Senin (29/1) berjanji untuk meningkatkan dialog dan mengirim petugas penghubung sementara kedua negara berupaya meredakan ketegangan setelah serangan mematikan lintas batas mengancam hubungan diplomatik.
Serangan balasan awal bulan ini di wilayah perbatasan Baluchistan yang rawan, yang terbagi antara kedua negara, memicu ketegangan regional.
Dalam kunjungannya ke Pakistan hari Senin (29/1), Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir-Abdollahian mengatakan permusuhan tersebut tidak dapat digambarkan sebagai sebuah "krisis" karena hubungan keduanya selalu kuat.
“Wajar jika kami berhasil mengatasi hal ini,” kata Amir-Abdollahian dalam konferensi pers. “Melalui kerja sama antara Islamabad dan Teheran, kami tidak akan membiarkan terorisme membahayakan hubungan kami,” tambahnya.
Menteri Luar Negeri Pakistan Jalil Abbas Jilani mengatakan pada jumpa pers yang sama bahwa kedua negara telah sepakat untuk memperkuat dialog di semua tingkatan, dan akan mempercepat rencana untuk menempatkan petugas penghubung di negara masing-masing.
“Kami telah berhasil membuat situasi ini kembali normal dalam waktu singkat,” katanya.
Teheran melancarkan serangan terhadap kelompok anti-Iran di Pakistan pada 16 Januari, pada minggu yang sama ketika militer negara tersebut menarget kelompok-kelompok di Irak dan Suriah.
Dua hari kemudian, Pakistan membalas dengan serangan menjelang fajar terhadap “sasaran militan” di provinsi Sistan-Baluchistan, Iran, salah satu dari sedikit wilayah yang mayoritas penduduknya Muslim Sunni di Iran yang didominasi Syiah.
Di wilayah ini terjadi kerusuhan terus-menerus yang melibatkan geng penyelundup narkoba lintasbatas dan pemberontak dari etnis minoritas Baluch, serta para jihadis. [lt/uh]