Kantor berita resmi Iran IRNA, pada Senin (19/12), melaporkan bahwa empat anggota Garda Revolusi Iran di wilayah tenggara negara itu telah tewas dibunuh. Para pembunuh melarikan diri ke negara tetangga, Pakistan.
IRNA tidak memberi rincian lebih lanjut tentang insiden yang terjadi di daerah Saravan, di provinsi Sistan-Baluchistan, lokasi di mana terjadi beberapa kerusuhan yang paling banyak menelan korban jiwa selama demonstrasi di seluruh Iran, dan sekaligus wilayah di mana pasukan keamanan sering bentrok dengan penyelundup narkoba.
Mengutip pernyataan Garda Revolusi Iran, IRNA melaporkan tiga dari korban tewas itu adalah anggota Basij, sebuah milisi yang berafiliasi dengan Garda Revolusi Iran dan ikut dikerahkan untuk menanggapi demonstrasi massal.
“Para pelaku serangan… melarikan diri ke Pakistan setelah ditembaki hebat,” tulis IRNA mengutip pernyataan Garda Revolusi Iran.
Provinsi Sistan-Baluchistan yang miskin dihuni oleh minoritas Baluchi, sebuah kelompok etnis yang mengikuti Islam-Sunni dan bukan Islam-Syiah yang dianut oleh para pemimpin ulama Iran. Etnis Baluchi sudah sejak lama mengeluhkan diskriminasi yang dilakukan oleh pihak berwenang Iran.
Ibu kota provinsi Zahedan itu adalah lokasi terjadinya beberapa kerusuhan yang paling banyak menelan korban jiwa selama demonstrasi nasional yang dipicu kematian Mahsa Amini, seorang perempuan Kurdi-Iran berusia 22 tahun yang tewas dalam tahanan polisi setelah ditangkap oleh polisi moral karena tidak mengenakan jilbab secara benar.
Amnesty International mengatakan pasukan keamanan Iran menewaskan sedikitnya 66 orang dalam aksi menanggapi demonstrasi massal yang bergulir menjadi kerusuhan pada 30 September lalu. Kerusuhan, di mana para demonstran dari semua lapisan masyarakat menyerukan lengsernya teokrasi yang berkuasa di Iran, telah menjadi salah satu tantangan terbesar bagi pemerintah Iran sejak revolusi tahun 1979.
Sebelumnya kelompok militan Baluchi, Jaish al Adl, telah melakukan serangan terhadap pasukan keamanan Iran di daerah itu. Pihak berwenang mengatakan kelompok itu beroperasi dari tempat perlindungan mereka di Pakistan.
Menurut kantor berita aktivis HRANA, hingga 18 Desember lalu, sebanyak 502 demonstran dan 62 personel pasukan keamanan telah tewas dalam berbagai kerusuhan yang dipicu kematian Amini. [em/rs]