Sejak era reformasi dan keterbukaan, kondisi umat Muslim di Tiongkok membaik, dan agama Islam tumbuh subur terutama di provinsi Ningxia.
Data statistik resmi menunjukkan ada lebih dari 20 juta warga Tiongkok yang beragama Islam. Namun seperti halnya semua agama di negara tersebut, pemerintah terus mengawasi semua aktivitas-aktivitas umat Islam.
Provinsi Ningxia di bagian barat laut merupakan daerah dengan jumlah penduduk Muslim tertinggi, yaitu suku Hui. Mesjid Na Jia Hu di provinsi ini telah berumur 500 tahun dan merupakan salah satu mesjid tertua yang masih bertahan di Tiongkok.
Na, penduduk desa berumur 74 tahun, ingat bagaimana pasukan merah (Red Guards) mencoba merubuhkan mesjid itu pada Revolusi Budaya pada 1960an dan 1970an. Saat itu kaum Muslim dibunuh, tidak diijinkan beribadah dan bahkan beberapa didorong untuk bunuh diri.
“Orang-orang tua bertahan dan mesjid kemudian diubah menjadi pabrik tembaga supaya tidak dihancurkan,” ujar salah satu penduduk Muslim.
Na adalah satu di antara 10 juta warga Hui, yang merupakan keturunan pedagang Arab dan Persia pada periode Jalan Sutra yang tinggal di Tiongkok dan menikah satu sama lain. Ia mengatakan bahwa kehidupan Muslim Tiongkok jauh lebih baik pada beberapa dekade terakhir.
“Sejak era reformasi dan keterbukaan, situasi menjadi sangat baik. Saya sampai tidak dapat menggambarkannya dalam kata-kata,” kata Na.
Sebagai komunitas yang memiliki penduduk Muslim terbanyak di Tiongkok, suku Hui dianggap lebih baik dalam berintegrasi ke dalam masyarakat dibandingkan suku Uighurs di Xinjiang, yang berbicara bahasa yang berbeda. Namun menurut Lu Zhiming, kepala komite pengelola mesjid, pemerintah Tiongkok perlu mengatur semua penduduk Muslim.
“Beberapa tahun belakangan ini, setelah perubahan besar yang terjadi di dunia Muslim, negara kami memberlakukan sistem ‘manajemen menurut hukum’ supaya tidak ada masalah di daerah kita seperti tidak bersatu atau tidak harmonis,” ujar Lu.
Pemerintah mempertahankan 10 universitas negeri Muslim di seluruh negeri dan mengijinkan munculnya lembaga-lembaga swadaya Islam. Cendekiawan Muslim Ma Ping, direktur Institut Hui dan Islam di Ningxia, mengatakan bahwa pemerintah memiliki criteria standar untuk mengatur imam dan murid Islam.
“Jika Anda ingin mendapatkan ijin untuk menjadi imam, Anda perlu sertifikat dari pemerintah. Setelah itu And adapt pergi ke sebuah mesjid dan menjadi imam di sana,” kata Ma.
Ma menekankan bahwa warga Hui umumnya cinta damai, meski ada insiden baru-baru ini dimana warga desa Hui berselisih dengan pemerintah Ningxia yang merubuhkan mesjid yang baru mereka bangun. Ia mengatakan bahwa alasannya sederhana, warga desa tersebut tidak memiliki ijin dari pemerintah, jadi mesjid itu dianggap ilegal.
Provinsi Ningxia di bagian barat laut merupakan daerah dengan jumlah penduduk Muslim tertinggi, yaitu suku Hui. Mesjid Na Jia Hu di provinsi ini telah berumur 500 tahun dan merupakan salah satu mesjid tertua yang masih bertahan di Tiongkok.
Na, penduduk desa berumur 74 tahun, ingat bagaimana pasukan merah (Red Guards) mencoba merubuhkan mesjid itu pada Revolusi Budaya pada 1960an dan 1970an. Saat itu kaum Muslim dibunuh, tidak diijinkan beribadah dan bahkan beberapa didorong untuk bunuh diri.
“Orang-orang tua bertahan dan mesjid kemudian diubah menjadi pabrik tembaga supaya tidak dihancurkan,” ujar salah satu penduduk Muslim.
Na adalah satu di antara 10 juta warga Hui, yang merupakan keturunan pedagang Arab dan Persia pada periode Jalan Sutra yang tinggal di Tiongkok dan menikah satu sama lain. Ia mengatakan bahwa kehidupan Muslim Tiongkok jauh lebih baik pada beberapa dekade terakhir.
“Sejak era reformasi dan keterbukaan, situasi menjadi sangat baik. Saya sampai tidak dapat menggambarkannya dalam kata-kata,” kata Na.
Sebagai komunitas yang memiliki penduduk Muslim terbanyak di Tiongkok, suku Hui dianggap lebih baik dalam berintegrasi ke dalam masyarakat dibandingkan suku Uighurs di Xinjiang, yang berbicara bahasa yang berbeda. Namun menurut Lu Zhiming, kepala komite pengelola mesjid, pemerintah Tiongkok perlu mengatur semua penduduk Muslim.
“Beberapa tahun belakangan ini, setelah perubahan besar yang terjadi di dunia Muslim, negara kami memberlakukan sistem ‘manajemen menurut hukum’ supaya tidak ada masalah di daerah kita seperti tidak bersatu atau tidak harmonis,” ujar Lu.
Pemerintah mempertahankan 10 universitas negeri Muslim di seluruh negeri dan mengijinkan munculnya lembaga-lembaga swadaya Islam. Cendekiawan Muslim Ma Ping, direktur Institut Hui dan Islam di Ningxia, mengatakan bahwa pemerintah memiliki criteria standar untuk mengatur imam dan murid Islam.
“Jika Anda ingin mendapatkan ijin untuk menjadi imam, Anda perlu sertifikat dari pemerintah. Setelah itu And adapt pergi ke sebuah mesjid dan menjadi imam di sana,” kata Ma.
Ma menekankan bahwa warga Hui umumnya cinta damai, meski ada insiden baru-baru ini dimana warga desa Hui berselisih dengan pemerintah Ningxia yang merubuhkan mesjid yang baru mereka bangun. Ia mengatakan bahwa alasannya sederhana, warga desa tersebut tidak memiliki ijin dari pemerintah, jadi mesjid itu dianggap ilegal.