Israel untuk pertama kali menyatakan bertanggung jawab atas serangan udara ke Suriah minggu lalu.
YERUSALEM —
Setelah bungkam beberapa hari, Menteri Pertahanan Israel Ehud Barak mengisyaratkan, negaranya berada di balik serangan udara ke Suriah minggu lalu.
Suriah menuduh Israel menyerang sebuah fasilitas penelitian Rabu lalu, sementara media asing melaporkan jet-jet Israel menyerang iring-iringan truk yang membawa misil-misil penangkal pesawat buatan Rusia ke kelompok militan Islam Hezbollah di Libanon.
Berbicara dalam konferensi keamanan internasional di Jerman, Barak mengatakan, Israel sebelumnya telah memperingatkan bahwa pengiriman senjata-senjata canggih ke kelompok-kelompok teroris adalah lampu merah yang tidak boleh dilanggar. “Itu adalah bukti bahwa ketika kami mengatakan sesuatu berarti kami sungguh-sungguh serius. Kami katakan bahwa kami berpendapat, pengiriman sistem senjata canggih ke Lebanon tidak diizinkan," ujarnya.
Di Damaskus, Presiden Suriah Bashar al-Assad mengatakan serangan udara itu adalah bukti Israel bersekongkol dengan kekuatan-kekuatan asing untuk menggoyahkan Suriah.
Meningkatnya ketegangan di Suriah bertepatan dengan pembentukan pemerintahan baru di Israel, dua minggu setelah pemilu. Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan proliferasi senjata-senjata berat di Suriah merupakan tantangan besar selagi ia memulai masa jabatan ketiganya.
Namun sambil memulai pembicaraan pembentukan pemerintahan koalisi di Jerusalem hari Minggu, Netanyahu mengatakan, ancaman terbesar yang dihadapi Israel berasal dari Iran.
Ia mengatakan, prioritas utama pemerintahan barunya adalah mencegah Iran memiliki senjata nuklir.
Iran mengatakan program nuklirnya untuk tujuan damai. Namun, Israel memandang itu sebagai ancaman terhadap eksistensi negara Israel, dan memperingatkan serangan terhadap fasilitas nuklir Iran tetap merupakan opsi.
Netanyahu menyuarakan pernyataan yang lebih lunak seputar Palestina. Ia mengatakan, berharap menghidupkan lagi perundingan damai yang buntu selama empat tahun mengenai perluasan permukiman Yahudi. Ia mengatakan berencana membentuk pemerintahan kesatuan nasional yang luas dengan unsur-unsur moderat yang mendukung proses perdamaian itu.
Suriah menuduh Israel menyerang sebuah fasilitas penelitian Rabu lalu, sementara media asing melaporkan jet-jet Israel menyerang iring-iringan truk yang membawa misil-misil penangkal pesawat buatan Rusia ke kelompok militan Islam Hezbollah di Libanon.
Berbicara dalam konferensi keamanan internasional di Jerman, Barak mengatakan, Israel sebelumnya telah memperingatkan bahwa pengiriman senjata-senjata canggih ke kelompok-kelompok teroris adalah lampu merah yang tidak boleh dilanggar. “Itu adalah bukti bahwa ketika kami mengatakan sesuatu berarti kami sungguh-sungguh serius. Kami katakan bahwa kami berpendapat, pengiriman sistem senjata canggih ke Lebanon tidak diizinkan," ujarnya.
Di Damaskus, Presiden Suriah Bashar al-Assad mengatakan serangan udara itu adalah bukti Israel bersekongkol dengan kekuatan-kekuatan asing untuk menggoyahkan Suriah.
Meningkatnya ketegangan di Suriah bertepatan dengan pembentukan pemerintahan baru di Israel, dua minggu setelah pemilu. Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan proliferasi senjata-senjata berat di Suriah merupakan tantangan besar selagi ia memulai masa jabatan ketiganya.
Namun sambil memulai pembicaraan pembentukan pemerintahan koalisi di Jerusalem hari Minggu, Netanyahu mengatakan, ancaman terbesar yang dihadapi Israel berasal dari Iran.
Ia mengatakan, prioritas utama pemerintahan barunya adalah mencegah Iran memiliki senjata nuklir.
Iran mengatakan program nuklirnya untuk tujuan damai. Namun, Israel memandang itu sebagai ancaman terhadap eksistensi negara Israel, dan memperingatkan serangan terhadap fasilitas nuklir Iran tetap merupakan opsi.
Netanyahu menyuarakan pernyataan yang lebih lunak seputar Palestina. Ia mengatakan, berharap menghidupkan lagi perundingan damai yang buntu selama empat tahun mengenai perluasan permukiman Yahudi. Ia mengatakan berencana membentuk pemerintahan kesatuan nasional yang luas dengan unsur-unsur moderat yang mendukung proses perdamaian itu.