Israel membebaskan kepala rumah sakit utama di Gaza, Senin (1/7) sebagai bagian dari pembebasan puluhan orang Palestina yang dipulangkan ke Gaza untuk mendapatkan perawatan medis.
Mohammed Abu Selmia telah ditahan sejak November. Ia memimpin rumah sakit Shifa di Gaza. Rumah sakit itu diserbu pasukan Israel pada bulan yang sama sewaktu militer menuduh militan Hamas menjadikan lokasi itu sebagai pusat komando mereka.
Para pejabat rumah sakit membantah tuduhan tersebut dan menuduh Israel membahayakan para pasien maupun pengungsi Palestina yang datang untuk berlindung di sana.
Menteri Keamanan Nasional Israel Itamar Ben Gvir, yang berhaluan ekstrem kanan, mengkritik pembebasan Abu Selmia. Ia menulis di X bahwa langkah itu merupakan “pengabaian keamanan.”
Sementara itu militer Israel melaporkan tentang serangan yang dilancarkannya sebagai tanggapan terhadap militan yang menembakkan 20 proyektil dari Khan Younis, kota di bagian selatan Gaza, ke daerah-daerah di sepanjang perbatasan.
Militer mengatakan telah mencegat sejumlah proyektil, sementara yang lainnya mendarat di Israel Selatan.
Serangan udara Israel juga menargetkan militan Hizbullah di beberapa desa di Lebanon Selatan.
Prospek meluasnya konflik di kawasan, dengan Israel meluncurkan operasi yang lebih ekstensif terhadap Hizbullah, telah menuai peringatan dari AS dan negara-negara lain mengenai perlunya menghindari eskalasi.
PM Israel Benjamin Netanyahu hari Minggu berjanji bahwa “tidak akan ada pengganti bagi kemenangan,” menyampaikan kepada kabinetnya bahwa Israel akan melanjutkan perangnya melawan Hamas di Gaza hingga militan dikalahkan dan 120 orang Israel yang disandera Hamas, yang hidup maupun mati, dipulangkan.
Ia mengatakan perang, yang telah berlangsung hampir sembilan bulan, akan berlanjut “hingga kita mencapai seluruh tujuan kita,” termasuk bahwa Hamas “tidak lagi menjadi ancaman bagi Israel.”
Netanyahu mengatakan, “Semua orang tahu kebenaran sederhananya: Hamas adalah satu-satunya penghalang bagi pembebasan orang-orang Israel yang disandera,” sebagai imbalan bagi pembebasan ratusan orang Palestina yang dipenjarakan oleh Israel.
Tetapi tampaknya tidak ada perubahan dalam pembicaraan gencatan senjata yang mengalami kebuntuan. Israel menyerukan penghentian pertempuran selama enam pekan dan bertukar sandera dengan tahanan, sedangkan Hamas menuntut penghentian pertempuran secara permanen dan Israel menarik pasukannya.
Pejabat senior Hamas Osama Hamdan hari Sabtu mengatakan pada konferensi pers di Beirut, “Belum ada kemajuan nyata pada akhir perundingan mengenai agresi, dan apa yang dikutip oleh pemerintahan Amerika adalah untuk memberi tekanan terhadap gerakan (Hamas), agar menerima proposal (gencatan senjata) Israel tanpa modifikasi.”
“Sekali lagi,” ujar Hamdan, “Hamas siap untuk merundingkan secara positif proposal apa pun yang menjamin gencatan senjata permanen, penarikan komprehensif dari Jalur Gaza dan kesepakatan pertukaran yang serius.”
Pada hari Sabtu, seorang pejabat senior dalam pemerintahan presiden Joe Biden mengatakan AS menyampaikan pernyataan baru kepada perantara dari Mesir dan Qatar dalam upaya untuk memulai perundingan Israel-Hamas yang macet.
Perang Israel terhadap Hamas di Gaza meletus sewaktu militan pimpinan Hamas menyerbu wilayah selatan Israel pada 7 Oktober, menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyandera lebih dari 250 orang, kebanyakan warga sipil, menurut penghitungan Israel.
Serangan balasan Israel sejauh ini telah menewaskan hampir 38 ribu orang, menurut kementerian kesehatan Gaza, dan menyebabkan sebagian besar wilayah kantong di pesisir itu dalam kehancuran. [uh/ab]