Israel telah membongkar pemindai logam di Masjid Al Aqsa di Kota Tua Yerusalem – yang oleh warga Yahudi disebut sebagai Mount Temple – yang memicu kerusuhan dengan warga Palestina. Piranti itu dipasang setelah beberapa orang bersenjata membunuh dua polisi Israel di kompleks tersebut hampir dua minggu lalu.
Warga Palestina sangat marah dengan pemasangan pemindai logam itu, menuduh Israel telah melanggar kebebasan beribadah dan mencoba menguasai tempat tersuci ketiga dalam agama Islam. Mereka menolak melewati pemindai tersebut dan menimbulkan ketegangan ketika mereka sholat di jalan.
Amerika melakukan intervensi dan Duta Besar Amerika Untuk Israel David Friedman menengahi kesepakatan antara Israel dan Yordania, yang memelihara kawasan Masjid Al Aqsa.
“Kadang-kadang penting untuk mengantisipasi situasi, jadi kami melakukannya. Tanpa banyak omong, tetapi dengan kerja keras dan dialog di belakang layar, kami berhasil meredakan situasi dengan sangat cepat,” ujar Friedman.
Namun demikian, situasi itu belum benar-benar reda. Pejabat-pejabat Muslim masih tidak gembira dengan penggantian piranti pemindai logam itu dengan kamera-kamera berteknologi canggih dan menyerukan warga Palestina untuk menjauhi masjid itu.
Pejabat Palestina Nabil Shaath mengatakan situasi harus dikembalikan menjadi “status quo” sebagaimana sebelum krisis terjadi. Ia menambahkan kamera dan langkah-langkah keamanan baru apapun telah merendahkan martabat warga Muslim dan tidak dapat diterima.
Menteri Kabinet Israel Yuval Steinitz mengatakan Otorita Palestina tidak ingin ada pemulihan ketenangan.
Steinitz mengatakan Israel telah membuat konsesi signifikan, tetapi warga Palestina berupaya memicu perang agama antara Muslim dan Yahudi. [em/jm]