Israel dan Hamas Capai Kesepakatan untuk Izinkan Pengiriman Obat-obatan bagi Para Sandera di Gaza 

Sejumlah warga menghadiri aksi seruan untuk membebaskan sandera yang ditahan oleh Hamas di Jalur Gaza. Aksi tersebut berlangsung di Tel Aviv, Israel, pada 14 Januari 2024. (Foto: AP/Ohad Zwigenberg)

Mediasi yang dilakukan Qatar, Prancis dan Israel menghasilkan kesepakatan untuk mengizinkan pengiriman obat-obatan bagi para sandera di Gaza serta pengiriman bantuan kemanusiaan ke wilayah itu. Kesepakatan itu diumumkan pada hari Selasa (16/1).

Melalui pernyataan kepada Kantor Berita Qatar (QNA), Doha mengumumkan kesepakatan “antara Israel dan (Hamas), di mana obat-obatan dan bantuan kemanusiaan akan dikirimkan kepada warga sipil di Gaza… sebagai imbalan untuk mengirimkan obat-obatan yang dibutuhkan para tawanan Israel di Gaza.”

Kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu membenarkan kesepakatan itu dan mengatakan bahwa “Obat-obatan itu akan disampaikan oleh perwakilan Qatar di Jalur Gaza ke tujuan akhirnya.”

Obat-obatan itu ditujukan untuk 45 sandera, menurut kantor kepresidenan Prancis. Mulanya, pada November, Prancis mendata 83 orang yang diidentifikasi membutuhkan pengobatan, namun 38 di antaranya kini telah dibebaskan atau tewas.

BACA JUGA: Tentara Israel Merilis Video yang Diklaim Menunjukkan Terowongan Hamas di Gaza 

Setelah tiba pada hari Rabu (17/1) di salah satu rumah sakit di Rafah, kota perbatasan antara Gaza dengan Mesir, obat-obatan itu akan diterima oleh Komite Palang Merah Internasional sebelum dibagi ke dalam beberapa kelompok dan akan segera dikirimkan kepada para sandera.

Pengiriman obat-obatan itu akan terus dilakukan selama tiga bulan ke depan, dikoordinasikan oleh pusat krisis kementerian luar negeri Prancis, yang membeli obat-obatan tersebut dan mengirimnya ke Doha pada Sabtu (13/1) lalu melalui kantong diplomatik, kata direktur pusat krisis itu, Philippe Lalliot.

Qatar, di mana kantor politik Hamas berada, telah memimpin perundingan antara Israel dan kelompok militan Palestina itu. Qatar juga memediasi tercapainya gencatan senjata sementara di Gaza selama satu minggu pada November lalu, yang juga mengamankan pembebasan sebagian sandera Israel dan negara lainnya.

Konflik itu kembali pecah menyusul serangan mendadak Hamas ke Israel selatan pada 7 Oktober yang menyebabkan 1.140 orang tewas di Israel, sebagian besarnya adalah warga sipil, menurut data AFP yang mengutip angka resmi pemerintah Israel.

Para militan Palestina itu juga menculik sekitar 250 orang ke Gaza, di mana 132 di antaranya masih ditawan, kata Israel, termasuk sedikitnya 27 orang yang diyakini sudah tewas.

Sementara itu, sedikitnya 24.285 warga Palestina tewas akibat serangan bom Israel yang tanpa henti di wilayah kantong tersebut sejak 7 Oktober, lebih dari 70 persennya adalah perempuan dan anak-anak, kata kementerian kesehatan Hamas.

BACA JUGA: Prancis Tidak Ikut Serta dalam Koalisi AS-Inggris untuk Serang Houthi Demi Hindari Eskalasi Regional 

Juru bicara kementerian luar negeri Qatar, Majid Al-Ansari, mengatakan kepada QNA bahwa “obat-obatan dan bantuan itu akan diberangkatkan dari Doha besok ke Kota Al-Arish di Republik Arab Mesir, dengan menggunakan dua pesawat Angkatan Bersenjata Qatar, dalam persiapan untuk pengirimannya ke Jalur Gaza.”

Salah seorang diplomat yang menerima penjelasan mengenai perundingan tersebut mengatakan kepada AFP bahwa kesepakatan itu tercapai setelah kunjungan keluarga sandera ke Qatar dan pertemuan dengan perdana menteri negara Teluk tersebut.

“Qatar telah mempercepat komunikasinya dengan Hamas dan Israel terkait perlunya mengirimkan obat-obatan kepada para sandera dan warga sipil Palestina di Gaza. Keduanya menunjukkan kesediaan,” kata diplomat tersebut dengan syarat anonim karena sensitivitas isi pembicaraan tersebut.

Diplomat itu mengatakan bahwa para mediator sedang berupaya untuk menyelesaikan rincian dan mendiskusikan logistik pengiriman dengan organisasi internasional, sambil menekankan bahwa pembicaraan tersebut terpisah dari upaya yang lebih luas menuju gencatan senjata. [rd/rs]