Para pejabat Israel, pada Kamis (9/5), keberatan dengan keputusan Presiden AS Joe Biden untuk menghentikan sementara pengiriman sejumlah senjata ke Israel, di tengah kecemasan atas rencana Israel memperluas operasi militernya di Rafah yang tidak didukung AS.
Duta Besar Israel untuk PBB Gilad Erdan menyebut langkah itu sebagai “pernyataan sulit dan sangat mengecewakan dari seorang presiden yang kami syukuri [kehadirannya] sejak awal perang.”
Menteri Keamanan Nasional Israel yang berhaluan kanan, Itamar Ben Gvir, mencuit di paltform X, “Hamas mencintai Biden.”
Biden mengatakan kepada CNN dalam sebuah wawancara yang disiarkan pada Rabu (8/5) malam bahwa AS akan terus memasok senjata pertahanan kepada Israel, seperti amunisi Iron Dome.
“Saya sudah menjelaskan jika mereka menyerang Rafah, saya tidak akan memasok senjata yang telah digunakan untuk berperang di Rafah, yang digunakan di kota-kota yang bisa mengatasi permasalahan itu,” ujarnya.
Keputusan Biden itu dibuat menyusul diskusi dengan Israel tentang bagaimana mereka akan “melawan secara berbeda terhadap Hamas di wilayah tersebut (Rafah.red) dibandingkan dengan yang dilakukan di tempat lain di Gaza,” kata seorang pejabat senior pemerintah dalam sebuah pernyataan yang dikirim ke VOA.
Serangan darat ke Rafah, yang terletak di selatan Jalur Gaza, akan membahayakan 1,3 juta warga sipil yang telah mengevakuasi wilayah utara dan tengah Gaza untuk mencari perlindungan dari serangan militer Israel yang merespons serangan Hamas pada 7 Oktober lalu.
Sejumlah pejabat pmerintahan berulangkali telah mengatakan bahwa AS tidak akan mendukung invasi ke Rafah kecuali Israel memiliki rencana matang tentang bagaimana melindungi para warga sipil. Dalam percakapan telepon pada 4 April lalu, Biden memperingatkan Perdana Menteri Benjami Netanyahu bahwa ia akan menahan bantuan militer kecuali Israel mengubah caranya berperang. [ps/jm/rs]