Israel Klaim Serangan Udaranya Hancurkan Terowongan-terowongan di Gaza

Sebuah unit artileri Israel menembak ke sasaran di Jalur Gaza, di perbatasan Israel-Gaza, Minggu, 16 Mei 2021. (Foto AP / Heidi Levine)

Militer Israel melancarkan gelombang serangan udara besar-besaran di Jalur Gaza, Senin pagi (17/7). Menurut mereka, serangan udara itu menghancurkan terowongan-terowongan militan sepanjang 15 kilometer dan rumah-rumah sembilan komandan Hamas.

Sejumlah warga Gaza, yang terjaga dari tidur mereka akibat serangan semalam itu, menggambarkannya sebagai serangan terberat sejak perang dimulai seminggu yang lalu, dan bahkan lebih kuat daripada gelombang serangan udara di Kota Gaza sehari sebelumnya yang menewaskan 42 orang dan merobohkan tiga bangunan. Serangan sebelumnya itu disebut sebagai yang paling mematikan dalam putaran permusuhan antara Israel dan Hamas di Gaza.

Belum ada kabar tentang korban akibat serangan terbaru itu. Sebuah bangunan tiga lantai di Kota Gaza rusak berat, tetapi penduduk mengatakan militer memperingatkan mereka 10 menit sebelum serangan itu dan semua orang mengungsi. Mereka mengatakan banyak serangan udara menghantam lahan pertanian di dekatnya.

Wali Kota Gaza, Yahya Sarraj, mengatakan kepada TV Al-Jazeera bahwa serangan tersebut telah menyebabkan kerusakan parah pada jalan-jalan dan infrastruktur lainnya. “Jika agresi berlanjut, kami memperkirakan kondisinya menjadi lebih buruk, '' katanya.

PBB telah memperingatkan bahwa satu-satunya pembangkit listrik di wilayah itu berisiko kehabisan bahan bakar, dan Sarraj mengatakan Gaza juga kekurangan suku cadang. Gaza sudah mengalami pemadaman listrik selama 8 hingga 12 jam setiap harinya, sementara air keran tidak dapat diminum.

Mohammed Thabet, juru bicara perusahaan distribusi listrik di wilayah itu, mengatakan pihaknya hanya memiliki bahan bakar untuk memasok listrik ke Gaza selama dua atau tiga hari. Ia mengungkapkan, serangan udara telah merusak jalur pasokan dan staf perusahaan itu tidak dapat mencapai daerah yang terkena serangan karena aksi penembakan Israel yang berkelanjutan.

Warga Palestina berjalan di tengah puing-puing rumah yang hancur terkena serangan udara Israel dini hari, di Kota Gaza, Senin, 17 Mei 2021. (AP Photo / Khalil Hamra)

Perang itu meletus Senin pekan lalu, ketika kelompok militan Hamas menembakkan sejumlah roket jarak jauh ke Yerusalem setelah berminggu-minggu protes yang diwarnai bentrokan antara para pengunjuk rasa Palestina dan polisi Israel di kota suci itu. Protes itu terfokus pada pengawasan ketat di sebuah tempat suci selama bulan suci Ramadan dan ancaman penggusuran puluhan keluarga Palestina oleh para pemukim Yahudi.

Sejak itu, militer Israel telah melancarkan ratusan serangan udara yang diklaimnya menarget infrastruktur militan Hamas. Militan Palestina di Gaza itu telah menembakkan lebih dari 3.100 roket ke Israel.

Setidaknya 188 warga Palestina tewas dalam serangan itu, termasuk 55 anak-anak dan 33 perempuan, dengan 1.230 orang terluka. Delapan orang di Israel tewas akibat serangan roket yang diluncurkan dari Gaza, termasuk seorang bocah lelaki berusia 5 tahun dan seorang tentara.

Dalam beberapa hari terakhir, Israel telah menarget rumah-rumah sejumlah pemimpin senior Hamas, termasuk Yehiyeh Sinwar, pemimpin tertinggi di Gaza. Para pemimpin kelompok itu bersembunyi ketika pertempuran dimulai, dan tidak mungkin berada di rumah pada saat serangan dilancarkan.

Hamas dan kelompok militan Jihad Islam mengatakan setidaknya 20 anggota mereka telah terbunuh, sementara Israel mengatakan jumlahnya jauh lebih tinggi dan telah merilis nama dan foto lebih dari dua lusin komandan militan yang diklaim telah dihabisi.

Militer Israel mengatakan telah menyerang 35 target teror dan terowongan-terowongan, yang diduga sebagai bagian dari sistem rumit yang disebut sebagai Metro, yang digunakan oleh militan Hamas untuk berlindung dari serangan udara.

Terlepas dari upaya internasional untuk mewujudkan gencatan senjata, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan pada Minggu bahwa serangan Israel akan terus berlanjut dengan kekuatan penuh dan akan memakan waktu. Israel ingin kelompok militan Hamas mengalami kerugian besar. (ab/uh)