Personel medis dan warga melaporkan serangan udara baru Israel, Selasa (28/5) di area kamp yang sama yang diserang pasukan Israel pada hari Minggu lalu.
Laporan ini muncul menjelang pertemuan Dewan Keamanan PBB yang dijadwalkan pada hari Selasa untuk membahas situasi di Rafah menyusul serangan udara Israel hari Minggu yang menewaskan 45 orang Palestina yang berlindung di sebuah kamp pengungsi, yang juga melukai 200 lainnya.
Badan PBB untuk urusan pengungsi Palestina Selasa mengatakan lebih dari 1 juta orang telah meninggalkan Rafah dalam tiga pekan terakhir di tengah-tengah ofensif Israel.
“Hal ini terjadi sementara tidak ada tempat yang aman untuk dituju & di tengah-tengah bombardemen, kurangnya makanan & air, tumpukan sampah dan & kondisi kehidupan yang tidak layak,” kata badan tersebut di X. “Hari demi hari, pemberian bantuan & perlindungan menjadi hampir mustahil.”
Kepala badan kemanusiaan PBB Martin Griffiths mengeluarkan pernyataan Senin larut malam yang menyebut serangan hari Minggu itu “sama sekali tidak dapat diterima” dan mengkritik penjelasan PM Israel Benjamin Netanyahu bahwa apa yang terjadi di Rafah adalah suatu “kesalahan tragis.”
“Apakah serangan itu suatu kejahatan perang atau suatu ‘kesalahan tragis,’ bagi rakyat Gaza, tidak ada perdebatan,” kata Griffiths. “Apa yang terjadi semalam merupakan kekejian terbaru – dan mungkin yang paling kejam. Menyebutnya sebagai ‘kesalahan’ merupakan pesan yang sama sekali tak ada artinya bagi mereka yang tewas, mereka yang berduka, dan mereka yang berusaha menyelamatkan nyawa.”
Griffiths mengatakan PBB “memperingatkan bahwa operasi militer di Rafah akan mengarah pada pembantaian” dan menambahkan bahwa tidak ada daerah yang aman atau zona kemanusiaan di Gaza.
Israel mengatakan mereka membunuh dua militan senior Hamas dalam serangan tersebut. “Terlepas dari upaya terbaik kami, untuk tidak merugikan mereka yang terlibat, sayangnya kesalahan tragis terjadi semalam. Kami sedang menyelidiki kasusnya,” kata Netanyahu kepada parlemen Israel.
Netanyahu telah berulang kali mengatakan Israel perlu melancarkan ofensif di Rafah untuk mencapai tujuannya memastikan Hamas tidak dapat beroperasi di Gaza dan mengancam Israel pada masa mendatang.
Volker Turk, komisaris tinggi PBB untuk urusan HAM, mengatakan dalam sebuah pernyataan hari Senin, “Gambar-gambar dari kamp itu mengerikan dan tidak menunjukkan ada perubahan nyata dalam metode dan sarana peperangan yang digunakan oleh Israel yang telah mengakibatkan kematian begitu banyak warga sipil.”
Bahkan ketika ia mengatakan militer Israel mengumumkan investigasi, Turk menyatakan “sangat jelas” bahwa keputusan untuk menyerang wilayah yang “dipadati warga sipil” akan menyebabkan “hasil yang dapat diprediksi” berupa kematian lebih banyak lagi warga sipil Palestina.
Turk meminta Israel agar mematuhi perintah Mahkamah Internasional (ICJ) pekan lalu agar menghentikan seluruh ofensifnya di Rafah. Ia juga mendesak kelompok-kelompok bersenjata Palestina untuk berhenti menembakkan roket secara membabi buta ke Israel “yang jelas-jelas merupakan pelanggaran hukum kemanusiaan internasional” dan membebaskan sekitar 100 sandera yang tersisa yang ditawan Hamas di Gaza.
Presiden Dewan Eropa Charles Michel juga menyebut serangan itu “mengerikan” dan mendesak Israel agar menghentikan ofensifnya di Rafah.
“Mengerikan sekali melihat warga sipil Palestina yang tak bersalah tewas dalam serangan baru-baru ini. Tidak ada zona aman bagi pengungsi internal di Rafah,” kata Michel di platform media sosial X.
Di Washington, Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih mengatakan “gambar-gambar mengerikan dari serangan itu ... sangat memilukan. Israel berhak memburu Hamas, dan kami memahami serangan ini menewaskan dua teroris senior Hamas yang bertanggung jawab atas serangan terhadap warga sipil Israel. Tetapi seperti yang telah kami jelaskan, Israel harus melakukan semua langkah pencegahan untuk melindungi warga sipil.”
Badan PBB untuk urusan pengungsi Palestina menyebut situasi di Gaza sebagai “neraka di dunia.”
“Informasi yang muncul dari Rafah mengenai serangan lebih lanjut terhadap keluarga-keluarga yang sedang mencari perlindungan sangat mengerikan,” kata badan bantuan PBB tersebut.
Kementerian Kesehatan Gaz mengatakan serangan itu memicu kebakaran di tenda-tenda di daerah yang menampung pengungsi. Militer Israel menggambarkan serangannya itu sebagai serangan udara presisi yang menewaskan Yassin Rabia, kepala staf Hamas untuk wilayah Tepi Barat.
Kementerian Luar Negeri Qatar Senin mengatakan serangan itu dapat merumitkan upaya-upaya menengahi pembicaraan gencatan senjata yang macet dan pemulangan sandera yang ditawan di Gaza.
Presiden Prancis Emmanuel Macron menyerukan gencatan senjata segera dan “penghormatan penuh terhadap hukum internasional.”
“Marah oleh serangan Israel yang menewaskan banyak pengungsi di Rafah,” kata Macron di media sosial. “Operasi ini harus dihentikan. Tidak ada daerah yang aman di Rafah bagi warga sipil Palestina.” [uh/ab]