Militer Israel, Senin (18/3) mengatakan mereka melancarkan serangan terhadap Rumah Sakit Shifa di Kota Gaza, daerah di mana militer mendapat kecaman internasional karena serangannya pada November lalu.
Juru bicara Pasukan Pertahanan Israel Laksamana Muda Daniel Hagari mengemukakan dalam sebuah pernyataan bahwa pasukan Israel bertindak demikian pada hari Senin karena para pejabat senior Hamas menggunakan rumah sakit tersebut untuk memerintahkan serangan terhadap Israel.
“Kami akan melakukan serangan ini dengan waspada dan hati-hati sambil memastikan bahwa rumah sakit terus menjalankan fungsi pentingnya,” kata Hagar.
Para saksi mata melaporkan tentang serangan udara di daerah sekitar rumah sakit yang terbesar di Jalur Gaza, serta keberadaan tank-tank Israel di sana.
Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Joseph Borrell, Senin (18/3) mengatakan bahwa Israel “membangkitkan kelaparan” di Gaza dan menggunakan kelaparan itu “sebagai senjata perang.”
“Di Gaza, kita tidak lagi di ambang kelaparan. Kita berada dalam situasi kelaparan, yang berdampak pada ribuan orang,” kata Borrell dalam sebuah konferensi mengenai bantuan kemanusiaan untuk Gaza di Brussels.
Israel Katz, Menteri Luar Negeri Israel mengatakan, pemerintahnya “mengizinkan bantuan kemanusiaan dalam jumlah besar memasuki Gaza lewat darat, udara dan laut bagi siapa pun yang bersedia membantu,” dan ia menuduh militan Hamas “mengganggu konvoi bantuan dengan kekerasan.”
Organisasi-organisasi bantuan kemanusiaan sudah sering menyebut berbagai tantangan dalam membawa bantuan ke Gaza, antara lain pemblokiran oleh Israel dan ketidakmampuan mereka mengakses daerah-daerah di dalam Gaza karena konflik yang tengah berlangsung.
Perang dimulai dengan serangan teror Hamas pada 7 Oktober lalu terhadap Israel yang menewaskan 1.200 orang menurut perhitungan Israel, dan penyanderaan sekitar 250 orang oleh Hamas. Para pejabat kesehatan di Gaza mengatakan serangan balasan Israel yang masih terus berlangsung telah menewaskan lebih dari 31.700 orang, kebanyakan perempuan dan anak-anak, menyebabkan separuh lebih dari 2,3 juta warga Gaza mengungsi serta meratakan sebagian besar infrastruktur dan perumahan di wilayah tersebut.
Kepala badan intelijen Israel, Mossad, diperkirakan akan bergabung dalam pembicaraan dengan para mediator Mesir, AS dan Qatar di Qatar di tengah-tengah upaya untuk mencapai penghentian baru dalam perang itu.
Hamas mengajukan proposal gencatan senjata yang baru pekan lalu, yang mencakup pertukaran sekitar 40 orang Israel yang disanderanya untuk pembebasan ratusan orang Palestina yang ditahan Israel.
PM Israel Benjamin Netanyahu telah mengatakan bahwa proposal itu didasarkan pada “tuntutan Hamas yang tidak realistis.” Namun, seorang pejabat Palestina yang mengetahui upaya mediasi itu mengatakan peluang tercapainya suatu kesepakatan tampaknya membaik karena Hamas telah memberikan rincian lebih lanjut mengenai usulan pertukaran tahanan. [uh/ka]