PERKEMBANGAN TERBARU
*Israel memperingatkan warga Palestina untuk meninggalkan empat kota di Gaza selatan, kemungkinan mempersiapkan serangan baru Israel di wilayah tersebut.
*Pasukan Israel melanjutkan operasi di sekitar Rumah Sakit Al Shifa di Gaza.
*Presiden AS Joe Biden menuduh Hamas mengoperasikan pusat komando di Rumah Sakit Al Shifa, yang disebutnya sebagai “kejahatan perang.” Hamas dan pejabat rumah sakit menyangkal bahwa pusat medis – yang terbesar di Gaza – digunakan untuk tujuan tersebut.
*Hamas dalam sebuah pernyataan mengatakan bahwa pemerintahan Biden pada dasarnya memberikan "lampu hijau" kepada Pasukan Pertahanan Israel untuk melakukan serangan tersebut, namun dibantah oleh Gedung Putih.
*Kepala Organisasi Kesehatan Dunia menyebut penggerebekan itu “sama sekali tidak dapat diterima.”
*Dewan Keamanan PBB mengeluarkan resolusi yang menyerukan pembebasan segera semua sandera yang ditahan oleh Hamas dan "jeda kemanusiaan yang mendesak dan diperpanjang" di Gaza. Israel mengatakan resolusi tersebut “tidak sesuai dengan kenyataan di lapangan.”
--------------------------------------------------- -------------------
Israel memerintahkan warga Palestina untuk meninggalkan empat kota di Gaza selatan pada Kamis (16/11), menandakan kemungkinan perluasan perang melawan militan Hamas ke daerah-daerah di mana para pejabat Israel sebelumnya mengatakan kepada warga bahwa wilayah tersebut aman untuk ditinggali.
Israel menjatuhkan selebaran dari pesawat semalaman, memberitahu warga sipil untuk meninggalkan Kota Bani Shuhaila, Khuzaa, Abassan dan Qarara, di tepi timur Khan Younis, kota utama di selatan.
“Demi keselamatan Anda, Anda perlu segera mengungsi dari tempat tinggal Anda dan menuju ke tempat perlindungan yang dikenal,” demikian isi selebaran tersebut. “Siapa pun yang berada di dekat atau fasilitas teroris membahayakan nyawa mereka, dan setiap rumah yang digunakan oleh teroris akan menjadi sasaran.
Penduduk di daerah tersebut mengatakan pasukan Israel membombardir area tersebut semalam.
BACA JUGA: AS Cari Cara yang Tepat, Saat Israel Hadapi Kritik yang MeningkatBeberapa jam kemudian, militer Israel mengatakan telah menemukan jenazah Yehudit Weiss, salah satu dari 240 sandera yang ditangkap oleh Hamas dalam serangan tanggal 7 Oktober terhadap negara Yahudi tersebut. Militer mengatakan mereka menemukan jenazahnya di dekat Rumah Sakit Al Shifa di Kota Gaza.
Perempuan berusia 65 tahun itu adalah ibu dari lima anak dan diculik dari Kibbutz selama serangan Hamas. Suaminya, Shmulik Weiss, ditemukan tewas di ruang persembunyian rumah mereka.
Pasukan Israel terus menggeledah fasilitas di Shifa, yang mulai diserbu pada Rabu (15/11) dengan keyakinan bahwa itu adalah pusat komando Hamas. Israel memperlihatkan senjata yang menurut mereka ditemukan di rumah sakit, namun Hamas mengatakan tidak ada senjata yang ditemukan.
Israel belum merilis bukti apapun mengenai pusat komando Hamas yang menurut Israel tersembunyi di bawah kompleks tersebut. Hamas dan staf di rumah sakit tersebut, yang merupakan rumah sakit terbesar di Gaza, telah membantah tuduhan itu.
Jika Israel memperluas serangan militernya di Gaza selatan, hal itu akan membuat krisis kemanusiaan yang sudah parah di wilayah yang terkepung tersebut menjadi lebih buruk. Lebih dari 1,5 juta orang menjadi pengungsi internal di Gaza, dan sebagian besar telah mengungsi, atas arahan Israel, ke wilayah selatan, di mana pasokan makanan, air dan listrik semakin berkurang.
Pihak berwenang Palestina di Gaza mengatakan lebih dari 11.000 orang – sekitar 40% di antaranya anak-anak – telah terbunuh sejak Israel melancarkan serangan besar-besaran melalui udara dan darat sebagai respons terhadap serangan militan Hamas pada 7 Oktober di Israel selatan yang menewaskan 1.200 orang.
Pasukan Pertahanan Israel menggambarkan operasinya di Rumah Sakit Shifa sebagai operasi yang “jitu dan tepat sasaran.” Israel mengatakan Hamas menggunakan rumah sakit sebagai pusat komando, dan pasien serta staf di sana sebagai perisai manusia, tuduhan yang dibantah oleh pejabat kesehatan Hamas dan Gaza.
Kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus, menyebut serangan IDF di Rumah Sakit Shifa “sama sekali tidak dapat diterima.”
Tedros, dalam konferensi pers di Jenewa pada Rabu, mengatakan bahwa “rumah sakit bukanlah medan pertempuran” dan pasien serta staf di rumah sakit harus dilindungi meskipun fasilitas tersebut digunakan untuk tujuan militer.
Presiden AS Joe Biden menuduh Hamas mengoperasikan pusat komando di Rumah Sakit Shifa, yang disebutnya sebagai “kejahatan perang.”
“Ada situasi di mana kejahatan perang pertama dilakukan oleh Hamas dengan menyembunyikan markas besar mereka, militer mereka di bawah rumah sakit,” kata Biden pada Rabu saat konferensi pers di Woodside, California, setelah bertemu dengan pemimpin China Xi Jinping. "Dan itu faktanya. Itulah yang terjadi."
Sementara itu, Dewan Keamanan PBB pada Rabu malam mengadopsi resolusi yang menyerukan “jeda kemanusiaan yang mendesak dan diperpanjang” di Gaza. Dua belas anggota dewan memberikan suara mendukung, tidak ada yang menentang namun Amerika Serikat, Rusia dan Inggris memilih abstain.
Wakil perwakilan tetap Israel di PBB mengatakan resolusi tersebut “tidak sesuai dengan kenyataan di lapangan.”
Resolusi yang disahkan itu juga menyerukan “pembebasan segera semua sandera yang ditahan oleh Hamas.”
Perundingan dilaporkan sedang berlangsung mengenai usulan kesepakatan yang meminta Hamas untuk membebaskan sedikitnya 50 perempuan dan anak-anak yang mereka sandera di Gaza dengan imbalan perempuan dan anak-anak Palestina yang ditahan di penjara-penjara Israel.
Hamas menyandera sekitar 240 warga Israel dan asing selama serangan mendadak yang dilakukan di Israel pada 7 Oktober.
BACA JUGA: Bisakah Solusi Dua Negara Bertahan dari Konflik Israel-Hamas Saat ini?IDF, pada Rabu, mengatakan bahwa pasukannya yang beroperasi di Rumah Sakit Shifa terdiri dari “tim medis dan penutur bahasa Arab, yang telah menjalani pelatihan khusus untuk mempersiapkan diri menghadapi lingkungan yang kompleks dan sensitif ini, dengan tujuan agar tidak ada kerugian yang ditimbulkan pada warga sipil.”
Pihak militer Israel juga mengatakan telah mengirimkan inkubator, makanan bayi, dan pasokan medis ke rumah sakit yang menjadi sasaran konflik.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dalam sebuah pernyataan mengatakan, “Tidak ada tempat di Gaza yang tidak dapat kami jangkau. Tidak ada tempat persembunyian. Tidak ada tempat berlindung atau perlindungan bagi para pembunuh Hamas.”
“Kami akan mencapai dan melenyapkan Hamas, dan kami akan mengembalikan sandera kami,” katanya, “Ini adalah dua misi suci.”
Hamas dalam sebuah pernyataan mengatakan bahwa pemerintahan Biden pada dasarnya memberi IDF “lampu hijau” untuk melakukan serangan itu dan mengatakan Biden akan “bertanggung jawab penuh” atas hasil operasi tersebut.
Gedung Putih menolak klaim Hamas. Juru bicara Dewan Keamanan Nasional John Kirby mengatakan kepada wartawan, “Kami tidak mengizinkan operasi militer mereka di sekitar rumah sakit.”
Your browser doesn’t support HTML5
Hamas mengatakan sekitar 650 pasien dan 5.000 hingga 7.000 warga sipil Palestina telah berlindung di halaman rumah sakit.
Setelah penggerebekan rumah sakit, Biden berbicara dengan Netanyahu tentang perkembangan terkini perang tersebut. Gedung Putih mengatakan mereka membahas panjang lebar upaya yang sedang berlangsung untuk menjamin pembebasan sandera, termasuk sembilan orang Amerika dan seorang warga negara asing yang memiliki hak kerja di AS.
Biden pada hari Selasa mengatakan bahwa dia yakin sandera yang ditahan oleh militan Hamas di Gaza akan dibebaskan tetapi tidak memberikan jadwalnya. Dia mengirimkan pesan kepada para sandera yang ditahan: “Bertahanlah. Kami akan datang.”
Ketika meningkatkan serangan militernya, Israel menolak tekanan internasional yang semakin besar untuk memberlakukan gencatan senjata guna memungkinkan pengiriman bantuan kemanusiaan ke Gaza. Namun, pihaknya telah menyetujui jeda kemanusiaan selama empat jam setiap hari untuk memungkinkan pembukaan dua koridor yang memungkinkan warga Palestina mengevakuasi Gaza utara. [my/lt]
Koresponden VOA Margaret Besheer dan Kepala Biro Gedung Putih Patsy Widakuswara berkontribusi pada laporan ini. Sejumlah informasi dalam laporan ini diambil dari The Associated Press, Reuters dan Agence France-Presse.