Pemerintah Israel mengumumkan akan menyediakan 100 juta dolar untuk mengatasi pemboikotan internasional yang meningkat terhadap organisasi-organisasi Israel yang beroperasi di wilayah-wilayah Palestina.
Isu mengenai organisasi-organisasi Israel yang beroperasi di wilayah Palestina baru-baru ini disorot dalam pembicaraan mengenai pembuat mesin minuman ringan yang populer yang terletak di wilayah-wilayah yang disengketakan.
Fajar yang dingin merekah di al-Azariya, di luar Yerusalem. Para pekerja berkumpul dalam keremangan pagi menunggu bus yang akan membawa mereka ke tempat kerja di pabrik SodaStream di permukiman Yahudi Ma’ale Adumim yang terletak tidak jauh dari sana.
SodaStream, produsen mesin-mesin pembuat minuman Seltzer, atau air soda, untuk penggunaan pribadi, mempunyai pabrik yang berlokasi di pemukiman Yahudi Ma'ale Adumin yang terletak tidak jauh dari al-Azariya. Mesin pembuat soda ini sangat populer.
Permukiman Yahudi di Tepi Barat dianggap ilegal oleh banyak masyarakat internasional. Akibatnya perusahaan-perusahaan Israel yang beroperasi disana menjadi sasaran gerakan yang semakin meningkat yang bernama Boycott-Divestment-Sanctions, atau BDS.
Ahmed, yang tidak mau nama sebenarnya disebutkan, datang pagi-pagi untuk naik bus yang pertama. Dia telah bekerja di pabrik SodaStream 8 bulan. Dia menyukai pekerjaannya. Ia mengatakan perusahaan itu menggajinya tiga kali lipat dari gaji di perusahaan Palestina dengan kondisi kerja yang baik.
Tetapi produksi pabrik menurun dan jam kerjanya dikurangi.
“Saya tidak mendukung pemboikotan ini”, katanya. “Pemboikotan ini tidak baik karena para karyawan adalah warga Arab dan tidak akan ada pekerjaan lain, dan kami akan menganggur di rumah. Selain itu, yang bersengketa adalah orang-orang besar, bukan karyawan, orang-orang muda”.
SodaStream mengatakan perusahaan itu mempekerjakan lebih dari 500 orang Palestina dan juga orang-orang Yahudi Israel dan Arab Israel.
Sebuah badan urusan dana Denmark, bank-bank Jerman, dan beberapa organisasi akademis Amerika baru-baru ini mengumumkan, mereka memutuskan hubungan dengan mitra-mitra Israel yang beroperasi di wilayah-wilayah itu.
Selain itu, ada gerakan yang meningkat yang menuntut label-label khusus pada produk-produk ekspor dari wilayah-wilayah Palestina. Ini untuk memudahkan konsumen memboikot produk Israel yang dibuat di wilayah-wilayah Palestina.
Dan media berita Israel melaporkan Selasa, bahwa beberapa perusahaan bangunan multinasional telah membatalkan tawaran mereka untuk membangun dua pelabuhan baru di Israel, dengan menyebut tekanan dari para pemegang saham dalam negeri dan para aktivis atau kekhawatiran akan merugikan kepentingan-kepentingan perusahaan di dunia Arab.
Perkembangan ini mencemaskan pemerintah Israel.
Menteri Keuangan Yair Lapid bulan lalu mengatakan dalam sebuah pertemuan internasional di Tel Aviv, bahwa pemboikotan Eropa akan mengurangi seperlima ekspor Israel, produk dalam negeri Israel akan menyusut beberapa milyar dolar, atau lebih dari satu persen, dan 10.000 pekerjaan akan hilang. Eropa adalah mitra utama, yang merupakan kira-kira sepertiga dari perdagangan luar negeri Israel.
Fajar yang dingin merekah di al-Azariya, di luar Yerusalem. Para pekerja berkumpul dalam keremangan pagi menunggu bus yang akan membawa mereka ke tempat kerja di pabrik SodaStream di permukiman Yahudi Ma’ale Adumim yang terletak tidak jauh dari sana.
SodaStream, produsen mesin-mesin pembuat minuman Seltzer, atau air soda, untuk penggunaan pribadi, mempunyai pabrik yang berlokasi di pemukiman Yahudi Ma'ale Adumin yang terletak tidak jauh dari al-Azariya. Mesin pembuat soda ini sangat populer.
Permukiman Yahudi di Tepi Barat dianggap ilegal oleh banyak masyarakat internasional. Akibatnya perusahaan-perusahaan Israel yang beroperasi disana menjadi sasaran gerakan yang semakin meningkat yang bernama Boycott-Divestment-Sanctions, atau BDS.
Ahmed, yang tidak mau nama sebenarnya disebutkan, datang pagi-pagi untuk naik bus yang pertama. Dia telah bekerja di pabrik SodaStream 8 bulan. Dia menyukai pekerjaannya. Ia mengatakan perusahaan itu menggajinya tiga kali lipat dari gaji di perusahaan Palestina dengan kondisi kerja yang baik.
Tetapi produksi pabrik menurun dan jam kerjanya dikurangi.
“Saya tidak mendukung pemboikotan ini”, katanya. “Pemboikotan ini tidak baik karena para karyawan adalah warga Arab dan tidak akan ada pekerjaan lain, dan kami akan menganggur di rumah. Selain itu, yang bersengketa adalah orang-orang besar, bukan karyawan, orang-orang muda”.
SodaStream mengatakan perusahaan itu mempekerjakan lebih dari 500 orang Palestina dan juga orang-orang Yahudi Israel dan Arab Israel.
Sebuah badan urusan dana Denmark, bank-bank Jerman, dan beberapa organisasi akademis Amerika baru-baru ini mengumumkan, mereka memutuskan hubungan dengan mitra-mitra Israel yang beroperasi di wilayah-wilayah itu.
Selain itu, ada gerakan yang meningkat yang menuntut label-label khusus pada produk-produk ekspor dari wilayah-wilayah Palestina. Ini untuk memudahkan konsumen memboikot produk Israel yang dibuat di wilayah-wilayah Palestina.
Dan media berita Israel melaporkan Selasa, bahwa beberapa perusahaan bangunan multinasional telah membatalkan tawaran mereka untuk membangun dua pelabuhan baru di Israel, dengan menyebut tekanan dari para pemegang saham dalam negeri dan para aktivis atau kekhawatiran akan merugikan kepentingan-kepentingan perusahaan di dunia Arab.
Perkembangan ini mencemaskan pemerintah Israel.
Menteri Keuangan Yair Lapid bulan lalu mengatakan dalam sebuah pertemuan internasional di Tel Aviv, bahwa pemboikotan Eropa akan mengurangi seperlima ekspor Israel, produk dalam negeri Israel akan menyusut beberapa milyar dolar, atau lebih dari satu persen, dan 10.000 pekerjaan akan hilang. Eropa adalah mitra utama, yang merupakan kira-kira sepertiga dari perdagangan luar negeri Israel.