Mantan presiden dan perdana menteri Israel, Shimon Peres, yang memiliki karir pelayanan publik sepanjang sejarah negara itu sendiri, telah meninggal dunia pada usia 93 tahun.
Peres menderita stroke parah dua minggu lalu dan tutup usia hari Rabu (28/9) di rumah sakit di Tel HaShomer.
Ia telah menjabat hampir semua posisi politik utama Israel dalam karirnya yang panjang, termasuk perdana menteri dua kali, presiden, menteri pertahanan dan menteri luar negeri.
Ia merupakan anggota parlemen terlama dalam sejarah Israel, menduduki kursi di Knesset selama 48 tahun.
Peres lahir di tempat yang sekarang disebut Belarus tahun 1923 dan pindah ke Israel saat berusia 11 tahun, ketika negara Yahudi itu masih ada di bawah mandat Inggris.
Ia menyentuh dunia politik dan diplomasi untuk pertama kalinya pada usia 23 tahun, ketika ditunjuk untuk menjadi anggota Kongres Zionis di Basel, Swiss. Kongres tersebut dibentuk tahun 1897 untuk mendorong emigrasi Yahudi ke Palestina.
Peres pertama kali menjadi menteri pertahanan Israel tahun 1952, ketika masih berusia 29 tahun.
Ia dianggap berjasa karena mengembangkan industri pertahanan dan antariksa Israel dan membeli persenjataan modern, yang membantu negara Yahudi yang baru lahir tersebut bertahan. Peres juga disebut-sebut telah bekerja untuk mengembangkan program nuklir Israel, yang tidak pernah dikukuhkan negara itu.
Militer Israel hancur akibat perang Yom Kippur tahun 1973 dan berkat Peres, yang lagi-lagi menjabat sebagai menteri pertahanan setelah beberapa pos lain, Israel bisa bangkit menjadi kekuatan militer yang besar.
Meski ia bertekad untuk membuat Israel lebih kuat, ia bekerja di belakang layar untuk perdamaian dengan Mesir. Sambil merotasi jabatan perdana menteri dengan Yitzhak Shamir, Peres juga berupaya mengurangi ketegangan dengan Lebanon dan Yordania.
Pencapaian besarnya adalah saat menjadi menteri luar negeri dengan Persetujuan Oslo, kesepakatan pemerintahan otonom Palestina, dimana Peres, perdana menteri saat itu Yitzhak Rabin dan mendiang pemimpin Palestina Yasser Arafat sama-sama mendapat Hadiah Nobel untuk Perdamaian tahun 1994.
Peres menjadi perdana menteri untuk kedua kalinya ketika Rabin dibunuh tahun 1995, tapi ia kalah dalam pemilihan umum tahun berikutnya.
Ia menjadi presiden Israel dari 2007 sampai 2014, sebuah jabatan seremonial namun penting dari segi diplomasi.
Peres juga mendirikan Peres Peace Center, yang mengembangkan proyek-proyek kerjasama, ekonomi, pendidikan dan budaya, dengan Palestina, Mesir dan Yordania.
Ia terus bekerja untuk perdamaian dan kerjasama sampai jatuh sakit karena stroke.
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan, Peres mencurahkan hidupnya bagi kedaulatan rakyat Israel.
"Sebagai seorang yang memiliki visi, pandangannya tertuju pada masa depan,“ kata Netanyahu. “Sebagai seorang yang mementingkan keamanan, ia meningkatkan kekuatan Israel dalam banyak cara. Sebagai orang yang cinta perdamaian, ia berusaha hingga hari-hari terakhirnya berekonsiliasi dengan negara-negara tetangga untuk menciptakan masa depan yang lebih baik bagi anak-anak kita."
Presiden AS Barack Obama mengatakan, Peres adalah orang yang paling keras berusaha membangun aliansi antara AS dan Israel, dan menggambarkannya sebagai seorang yang mendorong rakyatnya untuk berbuat lebih banyak.
Mantan presiden Bill Clinton mengatakan, dengan kematian Peres, Timur Tengah kehilangan pejuang perdamaian dan rekonsiliasi. [hd]