Israel pada Jumat (5/3) mengumumkan langkah-langkah “sementara” untuk memfasilitasi pengiriman bantuan kemanusiaan ke Gaza melalui perbatasan utara.
Langkah-langkah sementara tersebut termasuk pembukaan kembali penyeberangan Erez dan penggunaan Pelabuhan Ashdod. Penyeberangan Erez adalah satu-satunya terminal penumpang yang dapat digunakan masyarakat untuk melakukan perjalanan ke Gaza dan sebaliknya. Sementara itu, pengiriman bantuan kemanusiaan untuk Gaza akan diproses melalui pelabuhan Ashdod. Pengiriman bantuan dari Yordania juga akan diproses di sana.
“Peningkatan bantuan ini akan mencegah krisis kemanusiaan dan diperlukan untuk memastikan kelanjutan pertempuran dan mencapai tujuan perang,” kata kantor perdana menteri dalam sebuah pernyataan.
Pengumuman Israel pada hari Jumat ini muncul setelah ketegangan antara Netanyahu dan Presiden AS Joe Biden.
BACA JUGA: Biden Telepon Netanyahu Bahas Situasi GazaBiden mengatakan kepada Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada hari Kamis bahwa berlanjutnya dukungan AS terhadap perang Israel dengan Hamas akan ditentukan oleh bagaimana Israel mengadopsi langkah-langkah baru untuk melindungi warga sipil Palestina di Gaza dan pekerja kemanusiaan yang berusaha memberi mereka makanan.
Beberapa hari setelah pasukan Israel melancarkan serangan udara yang menewaskan tujuh pekerja bantuan internasional, Gedung Putih mengatakan Biden menekankan kepada pemimpin Israel melalui pembicaraan telepon “bahwa serangan terhadap pekerja kemanusiaan dan situasi kemanusiaan secara keseluruhan tidak dapat diterima.”
Gedung Putih mengatakan bahwa Biden menuntut langkah-langkah baru untuk melindungi warga sipil dan “gencatan senjata segera” dalam konflik yang telah berlangsung hampir enam bulan tersebut.
Dalam transkrip percakapan setengah jam tersebut, Gedung Putih mengatakan Biden “menjelaskan perlunya Israel mengumumkan dan menerapkan serangkaian langkah spesifik, konkrit, dan terukur untuk mengatasi kerugian sipil, menghindarkan penderitaan kemanusiaan, dan menjamin keselamatan pekerja bantuan. Dia menjelaskan bahwa kebijakan AS sehubungan dengan Gaza akan ditentukan oleh penilaian kami pada tindakan segera Israel terhadap langkah-langkah ini.”
Di Brussels, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan kepada para wartawan, “Jika kita tidak melihat perubahan yang perlu kita lihat, maka akan ada perubahan dalam kebijakan kami.”
Ketika ditanya pada konferensi pers di Gedung Putih apakah AS akan menghentikan bantuan militer ke Israel, juru bicara keamanan nasional John Kirby mengatakan kepada wartawan, “Saya tidak akan berbicara tentang keputusan yang belum dibuat, tetapi ada hal-hal yang perlu dilakukan. Ada terlalu banyak warga sipil yang terbunuh.”
Amerika Serikat, sekutu utama Israel, dengan gigih mendukung perang negara Yahudi itu melawan Hamas, yang dimulai setelah serangan teror kelompok militan tersebut pada 7 Oktober terhadap Israel yang menewaskan 1.200 orang dan menyebabkan penyanderaan sekitar 250 sandera.
Serangan balasan Israel telah menewaskan lebih dari 33.000 orang di Gaza, sebagian besar perempuan dan anak-anak, menurut pejabat kesehatan Palestina yang dikelola oleh Hamas. Israel mengatakan jumlah korban tewas mencakup beberapa ribu militan.
Sementara itu, seruan lainnya datang pada hari Kamis agar Israel bertanggung jawab atas serangan udaranya terhadap konvoi di Gaza yang menewaskan tujuh pekerja bantuan dari World Central Kitchen.
BACA JUGA: MSF: Israel Lakukan Serangan yang Disengaja ke Pekerja KemanusiaanBadan amal pangan tersebut mengatakan pihaknya meminta Australia, Inggris, Kanada, Polandia dan Amerika Serikat untuk menuntut “penyelidikan pihak ketiga yang independen, termasuk apakah serangan tersebut dilakukan dengan sengaja atau melanggar hukum internasional.”
Mereka yang tewas dalam serangan hari Senin itu termasuk seorang warga Palestina, tiga warga negara Inggris, seorang warga negara Polandia, seorang warga negara Australia dan seorang warga negara ganda Kanada-Amerika.
“Penyelidikan independen adalah satu-satunya cara untuk menentukan kebenaran atas apa yang terjadi, memastikan transparansi dan akuntabilitas bagi mereka yang bertanggung jawab, dan mencegah serangan pada masa depan terhadap pekerja bantuan kemanusiaan,” kata World Central Kitchen dalam sebuah pernyataan.
Panglima angkatan bersenjata Israel, Herzi Halevi, menyebut serangan itu sebagai “kesalahan besar,” dan dia menyalahkan “terjadinya kesalahan identifikasi” pada malam hari.
Netanyahu telah berjanji bahwa “kasus tragis” ini akan diselidiki “sampai tuntas.” [lt/ab]