Ketenangan di luar hotel mewah Palais Coburg di Wina, Kamis (17/2) menyembunyikan beberapa pembicaraan diplomatik sulit terkait program nuklir Iran yang sedang berusaha dirampungkan di dalam hotel tersebut.
Selain beberapa kamera televisi yang mengawasi sejumlah utusan yang tiba dengan sedan hitam, tidak ada petunjuk apakah negosiasi yang hendak menghidupkan kesepakatan tahun 2015 akan menghasilkan terobosan atau kegagalan dalam beberapa hari mendatang.
Bangunan, yang dididirikan Pangeran Ferdinand dari Saxe-Coburg dan Gotha tahun 1845 di sebuah benteng kota tua, kemudian dijuluki sebagai "Asparagus Palace" atau Istana Asparagus oleh penduduk setempat di ibukota Austria itu karena kolomnya yang ramping.
Di balik bangunan utama itu, rapat-rapat sering berlangsung hingga malam hari, termasuk pada akhir pekan.
Penolakan delegasi Iran untuk duduk di satu meja bersama Amerika Serikat mengakibatkan Enrique Mora dari Uni Eropa, yang melakukan koordinasi pembicaraan, terus-menerus bolak-balik di antara keduanya.
Turut hadir di Coburg ini - di mana kesepakatan itu awalnya tercapai - hadir pihak-pihak lain yang terlibat dalam kesepakatan itu termasuk Inggris, China, Prancis, Jerman, dan Rusia.
BACA JUGA: Menlu Jerman: Pembicaraan Nuklir Iran Masuki Tahap AkhirKesepakatan tahun 2015 tersebut melonggarkan beberapa sanksi terhadap Iran dan sebagai imbalannya pembatasan ketat diberlakukan pada program nuklir Teheran.
Namun, kesepakatan itu ambruk setelah mantan presiden AS Donald Trump menarik Amerika pada tahun 2018 dan memberlakukan kembali sejumlah sanksi.
Penggantinya Joe Biden yang menjabat tahun 2021 kemudian mengatakan keinginan untuk menghidupkan kembali kesepakatan dan negosiasi dimulai pada April lalu. [mg/jm]